Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Sudah bukan rahasia lagi bahwa Indonesia merupakan kekuatan besar di bulu tangkis. Namun, di kompetisi beregu, ada dahaga panjang yang sedang dialami.
Prestasi Merah Putih dalam kompetisi beregu memang tak sementereng di kompetisi individu.
Di ajang perorangan besar seperti Olimpiade, Kejuaraan Dunia, atau bahkan All England pemain Indonesia sering mondar-mandir di podium tertinggi.
Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan event tim seperti Thomas Cup (beregu putra), Uber Cup (beregu putri), dan Sudirman Cup (beregu campuran).
Ada jeda yang panjang di sana.
Di Thomas Cup yang paling mending, Indonesia sempat menanti selama 19 tahun untuk kembali mencicipi kejayaan pada edisi 2020 lalu.
Sedangkan di Uber Cup, Indonesia belum pernah juara lagi sejak terakhir kali melakukannya pada 1996.
Sudirman Cup? Saat edisi ke-18 bergulir pekan ini, ambisi Merah Putih masih sama, membawa pulang trofi yang sudah hilang sejak mendapatkannya pada 1989.
Keprihatinan inilah yang mendasari terbentuknya kompetisi beregu junior di Indonesia.
Inilah yang diungkapkan Ketua PB Djarum, Yoppy Rosimin, kepada BolaSport.com di sela-sela final Superliga Junior 2023 di Magelang pada Minggu (14/5/2023).
"Indonesia punya sejarah panjang menjadi juara Thomas dari tahun 1950an. Seiring berjalannya waktu kita sudah jarang menang di Thomas Cup," ujar Yoppy.
"Kita punya pemikiran bahwa atlet-atlet Indonesia harus dilatih untuk bertanding beregu."
Djarum kemudian menginisiasi bergulirnya Superliga Junior, kompetisi beregu putra dan beregu putri pada 2016.
Superliga Junior melengkapi Jaya Raya Pembangunan, turnamen beregu junior bentukan PB Jaya Raya yang menggunakan format beregu campuran ala Sudirman Cup.
Baca Juga: SUPERLIGA JUNIOR 2023 - Srikandi Muda PB Djarum Bekuk Tim Junior Malaysia
Awalnya hanya mempertandingkan kelompok umur U-19, pada 2017 ditambahkan kelompok umur U-17 di Superliga Junior untuk memberi ruang bertumbuh yang lebih kepada pemain muda.
"Sekarang permainan beregu dimulai begitu cepat," kata Yuni Kartika, anggota skuad Indonesia yang menjadi juara Uber Cup 1994.
Perempuan yang saat ini malang melintang sebagai komentator itu mendapatkan kehormatan untuk menjadi nama piala beregu putri U-17 Superliga Junior.
"Maksudnya di junior sudah ada kejuaraan dunia beregu resmi, entah itu Kejuaraan Dunia Junior, Kejuaraan Asia Junior."
"Kebetulan perbedaannya sangat signifikan antara kejuaraan beregu dan perorangan bagi si atlet."
Yuni membeberkan bahwa tekanan yang dihadapi pemain dalam kejuaraan beregu lebih besar karena dia berjuang untuk tim dan bukan untuk dirinya sendiri.
Tekanan ini kian besar dalam bulu tangkis modern dengan sistem rally point.
Berbeda dengan format pindah bola di mana poin baru bisa didapat saat melakukan servis, rally point memaksa pemain untuk fokus sepanjang laga.
"Naik turun grafiknya luar biasa, bisa menyusul lalu ketinggalan, menyusul dan ketinggalan lagi," terang Yuni.
Baca Juga: SUPERLIGA JUNIOR 2023 - Semifinal U-17 Putri: PB Djarum Ditantang Jaya Raya, Thailand Vs Malaysia
"Jadi pemain sekarang harus benar-benar bisa tenang dan fokus secara bersamaan."
"Menurut saya, sesulit itu, pertandingan beregu dengan rally point karena dia harus bisa bermain tenang tetapi juga pintar juga. Itukan yang susah."
Yuni lantas memaparkan bahwa diperlukan pemain khusus untuk bisa meraih sukses di kejuaraan beregu.
Dia menyebutnya sebagai pemain dengan mental fighter alias petarung. Dan ini merupakan aspek yang akan mencapai puncak jika terbentuk secara alami.
Akan tetapi, mentalitas petarung lebih dari sekadar mau bangkit saat tertinggal. Diperlukan pula kualitas untuk menjaga ketenangan dalam situasi apa pun.
"Maksudnya, dia kayak main sendiri di lapangan, dia gak peduli yang lain kayak apa. Itu yang kita cari untuk beregu ya," imbuhnya.
Misi dari terselanggaranya kompetisi-kompetisi beregu junior di Indonesia mulai membuahkan hasil.
Pada 2019, Indonesia sukses memenangi Suhandinata Cup atau Kejuaraan Dunia Beregu Junior untuk pertama kalinya.
Dua tahun berselang, puasa panjang di Thomas Cup diakhiri dengan penampilan gemilang.
Baca Juga: Superliga Junior 2023 - PB Djarum Juara Umum, Thailand Jajah Beregu Putri
Tim Thomas Indonesia saat itu pun diisi jebolan Superliga Junior seperti Leo Rolly Carnando, Daniel Marthin, dan Chico Aura Dwi Wardoyo.
Sementara saat ini, setidaknya separuh pemain tim Indonesia di Sudirman Cup 2023 juga pernah ditempa di kompetisi beregu junior.
"Iya dong. Pastinya ada kebanggaan. Jaya Raya juga punya peran menyelenggarakan turnamen beregu campuran," kata Yoppy menanggapi.
Yoppy melanjutkan bahwa hanya Indonesia lah yang memiliki agenda rutin untuk kejuaraan beregu junior.
Fakta inilah yang turut mengundang antusiasme dari negara-negara tetangga untuk ikut terlibat.
Superliga Junior 2023 diikuti tim-tim dari tujuh negara berbeda. Malaysia malahan mengirimkan tim resmi dari Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM).
"Dengan adanya pemain-pemain dari luar negeri, kita bisa mengintip lo, bakal pemain andalan dari Thailand siapa saja, dari Hong Kong siapa saja," ujar Yoppy.
"Mereka juga pasti ngintip, 'wah gila, Indonesia bagus-bagus ya'. Pasti saling ngintip."
Meski demikian, partisipasi tim-tim dari negara luar di Superliga Junior tetap dibatasi.
Mayoritas peserta merupakan klub dari Indonesia. Pada akhirnya, bakat-bakat terpendam Tanah Air lah yang dicari.
Yoppy pun berharap klub-klub Indonesia termotivasi untuk melakukan regenerasi dengan baik dan merata.
Doa ini tidak hanya terhadap klub yang sudah mapan tetapi juga klub-klub generasi anyar seperti Power Rajawali, Candra Wijaya Club, Gideon Academy, hingga SDK Badminton Training.
"Mudah-mudahan mereka dengan bertambahnya waktu, susunan atletnya makin beragam dan makin banyak, merata begitu," sambung Yoppy.
"Itu nanti akan menguntungkan Indonesia ke depannya karena mereka adalah cikal bakal penggantinya pemain-pemain elite Indonesia," tandasnya.