Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Oke, saya pembalap terbaik dengan motor Jepang, kami harus mensyukurinya," kata Morbidelli berusaha menghibur diri.
"Kami harus melihat hal-hal positif kecil ini bersama kami. Merefleksikan hasil ini dan bersiap untuk langkah selanjutnya," imbuh juara dunia Moto2 satu kali itu.
Tetapi, bukan berarti Morbidelli puas sampai di situ saja.
Ia berharap Yamaha mau membuka diri. Baik dari segi budaya kerja maupun soal pengembangan mesin M1 mereka.
Perbedaan kultur disebut-sebut menjadi alasan Yamaha dan Honda tertinggal dari rival-rival mereka yang lebih agresif dalam pengembangan.
Baca Juga: Jack Miller Sindir Merosotnya Pabrikan Jepang di MotoGP Akibat Salah Mereka Sendiri
Soal pengembangan aerodinamika dan ride-height device yang krusial misalnya, pabrikan Jepang terlihat cuma mengekor inovasi dari lawan.
Quartararo pun pernah menyebutnya sebagai masalah Yamaha yang sebenarnya.
"Kita bisa menyebutnya sebagai krisis (pabrikan) Jepang," ujar Morbidelli.
"Pabrikan Eropa bisa bekerja lebih baik, terutama Ducati dan KTM. Mereka mampu memberikan lebih banyak sumber daya ke proyek mereka dan meningkat dari tahun lalu."