Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pencapaian Marquez makin terlihat impresif karena cuma dia, pembalap Honda yang konsisten bersaing di depan.
Prestasi triple crown Honda pun ditentukan Marquez setelah dia mencetak 420 poin dari 458 poin yang membawa Repsol Honda memuncaki klasemen tim dan 420 dari 426 poin yang membawa Honda memenangi klasemen pabrikan.
Marquez mengaku bahwa pada masa ketika performanya sedang naik-naiknya itu, dia hanya merasa seperti sedang mengalir saja.
"Tahun yang mengalir itu," katanya merujuk musim 2019 sebagaimana diberitakan Motorsport Magazine.
"Walau kedengarannya aneh, saat kita benar-benar cepat, mengendarai motor seperti tidak memerlukan usaha."
Baca Juga: Motor MotoGP Bukannya Lebih Gampang, tapi Marc Marquez Dirugikan Evolusi yang Arahnya ke F1
Pengalaman spiritual saat melaju di atas tunggangan tak hanya dirasakan oleh Marquez saja.
Legenda Formula 1, Ayrton Senna, mempopulerkan anekdot ini dalam performa sensasional saat kualifikasi GP Monaco musim 1988.
Kecepatan Senna bak di luar nalar karena dia mampu mencetak waktu lap tercepat dengan gap 1,4 detik atas rekan setimnya, Alain Prost, yang berstatus juara dunia, dengan mobil yang sama.
Sebagai informasi, Sirkuit Monaco dikenal sulit karena merupakan sirkuit jalan raya yang sempit dan berbatasan langsung dengan dinding pembatas.