Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pengakuan Marc Marquez: Dominasi MotoGP dari Alam Bawah Sadar, tapi Sudah Lama Tak Rasakan Sensasi yang Sama

By Ardhianto Wahyu Indraputra - Jumat, 28 Juli 2023 | 17:30 WIB
Pembalap Repsol Honda, Marc Marquez, sebelum beraksi pada hari pertama MotoGP Prancis 2023 di Sirkuit Le Mans, Jumat (12/5/2023) (MOTOGP.COM)

BOLASPORT.COM - Marc Marquez membuka bagian dari dirinya lewat autobiografi bertajuk "Being Marc Marquez - This How I Win My Race (Menjadi Marc Marquez - Ini Cara Saya Menang)".

Dalam buku setebal 220 halaman karya jurnalis Austria, Werner Jessner, Marquez menuturkan perjalanannya dan berbagai anekdot yang dibagi dalam delapan bab,

Salah satu kisah menarik adalah ketika Marquez melihat kembali musim terbaiknya di MotoGP.

Baca Juga: Fadillah Arbi Aditama, Marc Marquez, dan Kemenangan yang Dekatkan Pembalap Cerdas ke MotoGP

Di antara enam gelar juara dunia yang diraih Marquez di kelas para raja, kesuksesan terakhir pada 2019 sering dianggap sebagai titik puncak dari dominasi Si Semut dari Cervera.

Saat itu Marquez hampir tak terhentikan. Bagaimana tidak? Dalam 19 balapan yang berlangsung musim itu Marquez hampir selalu finis di posisi pertama atau kedua.

Hampir karena saat balapan GP Americas, salah satu teritorinya, Marquez terjatuh saat sudah meninggalkan rival-rivalnya dan itu terjadi karena masalah teknis.

Kalau tidak, jumlah kemenangan Marquez musim itu bertambah dari 12 menjadi 13. Sisanya? Posisi kedua!

Saking dominannya Marquez, publik sampai putus asa dengan peluang para old guard yaitu Valentino Rossi, Jorge Lorenzo, dan Andrea Dovizioso.

Nama-nama pembalap yang pernah berjaya ini dirasa sudah lewat masa untuk bisa menghentikan The Baby Alien.

Pencapaian Marquez makin terlihat impresif karena cuma dia, pembalap Honda yang konsisten bersaing di depan.

Prestasi triple crown Honda pun ditentukan Marquez setelah dia mencetak 420 poin dari 458 poin yang membawa Repsol Honda memuncaki klasemen tim dan 420 dari 426 poin yang membawa Honda memenangi klasemen pabrikan.

Marquez mengaku bahwa pada masa ketika performanya sedang naik-naiknya itu, dia hanya merasa seperti sedang mengalir saja.

"Tahun yang mengalir itu," katanya merujuk musim 2019 sebagaimana diberitakan Motorsport Magazine.

"Walau kedengarannya aneh, saat kita benar-benar cepat, mengendarai motor seperti tidak memerlukan usaha."

Baca Juga: Motor MotoGP Bukannya Lebih Gampang, tapi Marc Marquez Dirugikan Evolusi yang Arahnya ke F1

Pengalaman spiritual saat melaju di atas tunggangan tak hanya dirasakan oleh Marquez saja.

Legenda Formula 1, Ayrton Senna, mempopulerkan anekdot ini dalam performa sensasional saat kualifikasi GP Monaco musim 1988.

Kecepatan Senna bak di luar nalar karena dia mampu mencetak waktu lap tercepat dengan gap 1,4 detik atas rekan setimnya, Alain Prost, yang berstatus juara dunia, dengan mobil yang sama.

Sebagai informasi, Sirkuit Monaco dikenal sulit karena merupakan sirkuit jalan raya yang sempit dan berbatasan langsung dengan dinding pembatas.

Senna sendiri hanya merasa bahwa kecepatannya terus bertambah dan terus bertambah sampai di satu titik semuanya terasa seperti mengalir begitu saja.

"Saat itu saya merasa seperti di terowongan. Rasanya seperti melaju di atas rel, tentunya saya tidak sedang berada di atas rel," ujar Senna.

"Bukannya saya tidak memegang kendali, tetapi saya tidak menyadari secara persis apa yang terjadi. Saya hanya terus melaju dan terus melaju. Itu pengalaman yang luar biasa."

Putaran Senna saat itu masih dianggap sebagai putaran yang sempurna. Perfect lap.

Adapun di MotoGP, pengalaman serupa diungkapkan oleh Franco Morbidelli ketika mencetak kemenangan pertamanya.

Baca Juga: Sempat Ditolak Ducati, MotoGP Akhirnya Ganti Format Akhir Pekan demi Keselamatan Pembalap

Dalam balapan di Misano, Morbidelli, berdarah Brasil seperti Senna, tidak sadar telah memimpin balapan selama 23 lap.

"Ketika melihat ruang kosong di depan saya, saya memberikan semuanya. Saya sangat fokus dari start hingga finis, seperti setengah sadar, 23 lap terasa seperti 2," ujarnya.

Sementara Marquez menyebut pengalaman supernatural ini sebagai flow riding atau berlomba dengan mengalir.

Sayangnya, sudah lama waktu berlalu sejak pemenang delapan gelar juara dunia ini terakhir kali merasakannya.

"Flow riding adalah sensasi yang luar biasa. Terakhir kali saya mengalaminya adalah saat Jerez 2020," akunya.

Balapan MotoGP Spanyol musim 2020 menjadi penampilan terakhir "versi Alien" dari Marquez.

Sempat tercecer ke posisi belakang karena selip ban, Marquez membuat rival-rivalnya terlihat culun ketika dia melewati mereka satu per satu dengan mudah.

Marquez pun hampir saja finis di posisi kedua. Malang, saat sudah dekat, si kuda besi RC213V memberontak sehingga dia terbanting dengan keras.

Kecelakaan yang menyebabkan Marquez mengalami cedera patah tulang humerus ini mengawali episode kelam dari cedera berkepanjangan sampai sekarang.

Baca Juga: Cedera Horor Pulih, Pol Espargaro Comeback pada MotoGP Inggris 2023

Akan tetapi, Marquez menyatakan bahwa semangatnya tidak berubah.

"Jika saya melihat dinding, saya akan menerobosnya, sesederhana itu," tutur Marquez dalam buku yang sama.

"Tak peduli berapa kali saya harus mencoba atau seberapa keras kepala saya terbentur, saya tidak akan berhenti sampai saya menerobosnya."

"Itu selalu menjadi pendekatan saya dan itu tidak akan pernah berubah," imbuh pembalap yang saat ini berada di persimpangan jalan.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P