Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Di Austria itu pula, Martin sempat menjadi biang keladi kecelakaan 'karambol' pada sesi sprint yang menyeret total 7 pembalap, akibat agresivitas dia dalam melakukan manuver.
Kendati memiliki hasil finis yang menurun, pembalap kelahiran Madrid itu tetap sesumbar.
Kalimat jemawa Martin masih terus berlanjut.
"Tahun lalu di Mugello (saat balapan ronde Italia) saya finis ke-13. Tapi musim ini saya mendapat posisi kedua, tepat di belakang Bagnaia. Pada saat itu saya tahu bahwa saya adalah salah satu yang terbaik," ucap Martin.
"Lalu saya menang di Sachsenring (Jerman). Itu adalah titik krusial di musim saya."
"Karena saya mengerti bahwa saya bisa mengalahkan Pecco, tidak hanya jika saya lebih cepat darinya, tapi juga ketika kami berdua sama-sama cepat. Dia kini memiliki saya dalam radar persaingannya untuk gelar juara dunia, itu yang terpenting."
Tak cuma dengan Bagnaia, Martin juga merasa lebih cakap daripada murid Valentino Rossi lainnya, Marco Bezzecchi, yang sebenarnya kini cuma berselisih margin enam poin di peringkat ketiga klasemen.
Martin menilai, sekarang Bezzecchi yang justru sudah punya tiga gelar juara di musim ini dengan termasuk satu kemenangan sprint di Belanda, lebih sering membuat kesalahan saat balapan. Sehingga itu tampak membuka jalan baginya.
"Marco mulai sering membuat kesalahan-kesalahan kecil," kata Martin.
"Sedangkan saya dan Pecco (Bagnaia) agak lebih konsisten di semua ronde. Jadi, saya pikir persaingan gelar juara dunia akan ada di antara Pecco dan saya," ucapnya lagi.