Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Kegagalan mengatasi tekanan membuat Indonesia mengulangi episode terburuk dalam sejarah pertandingan bulu tangkis beregu di Asian Games 2022.
Indonesia dipastikan tidak akan mendapatkan medali dari bulu tangkis beregu setelah tim putra dan tim putri semuanya kalah pada perempat final.
Dalam rangkaian pertandingan di Binjiang Gymnasium, Hangzhou, China, Jumat (29/9/2023), tim putri kalah 0-3 dari China sedangkan tim putra kalah 1-3 dari Korea Selatan.
Sepanjang sejarah Asian Games, hanya dua kali Indonesia tidak mendapatkan medali apapun dari nomor-nomor beregu.
Rekor buruk ini sebelumnya terjadi saat Asian Games Incheon 2014. Kala itu tim putra kalah dari Taiwan sementara tim putri dipaksa menyerah oleh Jepang.
"Memang sangat disayangkan ya, kita tidak bisa melangkah ke babak selanjutnya," kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Rionny Mainaky, dalam siaran pers dari PBSI.
"Terutama di beregu putra yang di atas kertas bisa melaju ke semifinal tapi kena tekanan yang tidak bisa diatasi."
"Pastinya kami tidak puas dengan hasil ini."
"Akan tetapi saya langsung meminta anak-anak untuk menjadikan ini sebagai pelajaran besar dan motivasi agar tidak terulang di nomor perorangan nanti," tambahnya.
Baca Juga: Hasil Bulu Tangkis Asian Games 2022 - Tanpa Akane Yamaguchi, Jepang Diobok-obok China
Beregu putra menjadi salah satu nomor yang diharapkan medali emas bersama dengan tunggal putra dan ganda putra.
Melihat peringkat pemain, Indonesia memang boleh berharap lebih karena keberadaan pemain-pemain top di sektor putra.
Di beregu putra Indonesia bahkan menjadi unggulan teratas. Akan tetapi, status favorit juara ini lagi-lagi menjadi sekadar simbol.
Kecuali Anthony Sinisuka Ginting yang tampil di partai pembuka, tidak ada pemain Merah Putih lainnya yang menang.
Di partai kedua ganda putra nomor satu, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, tidak dapat memaksimalkan peluang menang dalam dua gim langsung.
Sejumlah kesalahan sendiri dari Fajar/Rian dalam adu setting memberi angin kepada juara dunia, Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae, untuk membalikkan keadaan pada gim ketiga.
"Di beregu putra start kita sudah baik. Anthony bisa mengatasi tekanan di partai pertama. Fajar/Rian juga bermain apik di pembuka laga," terang Rionny.
"Sayang memang di gim kedua ada kesempatan-kesempatan untuk menyelesaikan pertandingan tapi (Fajar/Rian) malah terlalu terburu-buru,"
"Bila mengambil peluang skor 2-0 terlebih dahulu, mungkin ceritanya bakal berbeda," tambah pria yang pernah membesut tim bulu tangkis Jepang tersebut.
Penyesalan lain kemudian datang saat Jonatan Christie secara mengejutkan kalah straight game dari pemain ranking 119 dunia, Lee Yun-gyu, sehingga Korea membalikkan keadaan.
Rionny melihat ketegangan dalam diri Jonatan. Pemain yang datang sebagai juara bertahan di nomor tunggal putra itu banyak melakukan kesalahan sendiri.
Petaka Indonesia benar-benar tiba di partai keempat usai ganda putra, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, dipaksa menyerah oleh duet spesialis beregu milik Korea, Kim Won-ho/Na Sung-heung.
"Setelah unggul jauh, mereka (Leo/Daniel) malah memberi angin untuk lawan padahal lawan bermain tanpa beban," tukas Rionny.
"Kelengahan itu akhirnya membuat mainnya kurang yakin dan ragu-ragu."
Ini menjadi kegagalan kedua secara beruntun dari pemain-pemain putra Indonesia saat menjadi unggulan di turnamen besar.
Di Kejuaraan Dunia 2023 pada Agustus lalu, Fajar/Rian dan Jonatan juga merana setelah kalah di pertandingan pertama mereka.
Masalah kegagalan pemain untuk keluar dari tekanan saat itu juga menjadi sorotan Rionny dalam evaluasinya saat itu.
"Kalau mental tak kuat, akan berpengaruh ke berbagai segi saat pemain bermain di lapangan," kata Rionny saat itu.
"Ini bisa berimbas ke teknik yang dimiliki hilang. Keterampilannya tidak muncul. Juga kelincahan dan pergerakan terasa lambat."
Dalam turnamen-turnamen sirkuit, performa wakil Tanah Air juga naik turun walau kehadiran wakil unggulan menjadi rutinitas.
Fajar/Rian yang menempati peringkat satu dunia sejak akhir tahun lalu kehilangan konsistensi bagus mereka sejak menjuarai All England Open 2023.
Dalam enam bulan sesudah itu, Fajar/Rian hanya sekali mencapai final. Indonesia juga belum pernah menjadi juara lagi di sektor terkuat ini dalam periode yang sama.
Tunggal putra juga tidak lebih baik dengan Anthony dan Jonatan yang menjadi penghuni tetap di peringkat 8 besar juga kerap tersingkir di babak-babak awal.
Di BWF World Tour musim ini, Indonesia akhirnya baru mengumpulkan 10 gelar dari semua sektor. Pencapaian Indonesia lebih sedikit daripada Jepang (15), Korea (21), dan China (27).
Kompetisi perorangan di Asian Games 2023 yang dihelat pada 2-7 Oktober mendatang pun mau tidak mau harus dihadapi dengan tekanan.
Saat terakhir kali tim beregu gagal total di Incheon 2014, Indonesia mendapatkan obat pelipur lara melalui 2 medali emas dari ganda putra dan ganda putri.
Dengan ekspektasi besar terhadap tim bulu tangkis sebagai pendulang medali, Rionny berpesan kepada anak-anak asuhnya untuk bangkit.
"Fokus saya dan tim pelatih sekarang bagaimana mengembalikan dulu mood, semangat dan kepercayaan diri mereka," papar Rionny.
"Kami mau mereka jangan terlalu lama down-nya, bangkit dan kembali siap. Di sisa dua hari ini, kami akan maksimalkan latihan. Membenahi teknis maupun non teknis."
"Terutama yang tadi bagaimana mengatasi kelengahan, ragu-ragu yang tiba-tiba muncul karena beberapa kali melakukan kesalahan sendiri."
"Kami mencari solusi bagaimana bisa cepat kembali fokus dan yakinnya," pungkasnya.
Baca Juga: Suhandinata Cup 2023 - Indonesia Menuju Ujian Mental, China Menunggu di Final