Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Fakta baru yang cukup mengejutkan terungkap setelah PBSI dikabarkan belum melakukan persiapan secara matang untuk para pebulu tangkis pelatnas menuju Olimpiade Paris 2024.
Kegagalan sekaligus torehan sejarah buruk Indonesia pada Asian Games 2022 seolah memang betul-betul menjadi cerminan bagaimana kesiapan PBSI dalam mempersiapkan sebuah ajang besar.
Gagal memperoleh medali satupun di ajang Asian Games 2022 kemarin, bisa jadi juga berpotensi terulang pada ajang yang jauh lebih besar, yaitu Olimpiade Paris 2024.
Spekulasi dan asumsi semacam ini muncul karena ternyata PBSI masih belum membentuk tim khusus untuk persiapan atau kesuksesan para atlet penghuni pelatnas Cipayung menuju pesta olahraga terakbar sedunia itu.
Bahkan dalam periode kualifikasi Olimpiade Paris 2024 yang telah berjalan selama lima bulan, persiapan PBSI masih semrawut.
Hal tersebut diungkapkan oleh salah seorang sumber dalam PBSI, yang enggan disebutkan namanya.
Sebagaimana dilansir BolaSport.com dari Kompas.id, sumber terpercaya tersebut menyebutkan bahwa sampai saat ini PBSI belum membentuk tim pendukung secara resmi.
"Manajer, penanggung jawab tim, bahkan atlet yang diprioritaskan untuk tampil di Paris belum ditentukan," kata sumber tersebut.
"Seharusnya tim tersebut sudah dibentuk sebelum kualifikasi (Olimpiade Paris 2024 dimulai) untuk menyiapkan segalanya," ujarnya.
Tim khusus untuk persiapan Olimpiade faktanya memang biasanya dibentuk jauh-jauh hari sebelum ajang tersebut dimulai.
Sebagai perbandingan, sejumlah mantan pelatih hingga legenda bulu tangkis Tanah Air pun menuturkan bahwa saat masa-masa mereka masih melatih dan bermain, biasanya selalu ada tim atau program persiapan yang sudah dicanangkan dengan serius.
"Biasanya, setahun sebelum Olimpiade sudah ada ’tim sukses’ karena atlet yang berpotensi lolos pasti sudah terlihat," ujar mantan Pelatih kepala ganda campuran di PBSI, Richard Mainaky.
"Selain manajer dan pelatih, dalam tim itu ada dokter, ahli nutrisi, fisioterapis, terapis pijat, dan psikolog untuk membantu atlet," ucap pelatih yang sudah pensiun itu.
Perkataan Richard bisa divalidasi karena ia juga merupakan pelatih yang pernah mengantarkan para ganda campuran legendaris dalam lima edisi olimpiade.
Dari Tri Kusharjanto/Minarti Timur (Olimpiade Sydney 2022), Nova Widianto/Liliyana Natsir (Beijing 2008), Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Rio de Janeiro 2016) hingga terakhir di Tokyo 2020.
Richard menambahkan bahwa harus ada komunikasi yang terbuka antara pelatih dan pengurus.
Misalnya ada target tak sesuai dengan hasil pemain, maka pelatih bisa mengajukan partisipasi turnamen cadangan demi memburu poin kualifikasi atau meningkatkan kepercayaan diri pemain.
Namun, itu juga tentu harus dibarengi dengan kemauan pihak manajemen kepengurusan untuk mengeluarkan dana lebih untuk mengikuti turnamen tambahan.
"Pelatih harus berani mengutarakan pendapat karena mereka yang paling tahu kebutuhan atlet, sementara PBSI harus memenuhinya, termasuk siap dana untuk turnamen tambahan," tutur Richard.
Sementara itu, Susy Susanti juga menyuarakan hal yang sama.
Bahkan legenda tunggal putri Indonesia sekaligus mantan Kabid Binpres PBSI tahun 2016-2020 tersebut juga mengingat momen persiapan dirinya menuju Olimpiade sudah dilakukan sejak 2-3 tahun sebelum kompetisi bergulir.
"Dua tahun sebelum Olimpiade, posisi pemain dalam persaingan dunia sudah terlihat," ujar Susy yang meraih emas Olimpiade Barcelona 1992 itu.
"Setahun sebelum Olimpiade, sudah ketahuan yang bisa berangkat, jadi tinggal mematangkan permainan," tandas istri Alan Budikusuma itu.
Kesremawutan persiapan menuju Olimpiade Paris 2024 di markas PBSI sudah tercium sejak secara tiba-tiba memindahkan pelatih senior Herry Iman Pierngadi yang sebelumnya mengepalai sektor ganda putra, dipindah ke sektor ganda campuran.
Herry IP diplot untuk mengisi kekosongan kursi Kepala Pelatih ganda campuran yang ditinggalkan Nova Widianto yang sekarang melatih di Malaysia.
Yang mengherankan, PBSI sebenarnya sempat menunjuk pelatih bernama Djoko Mardianto untuk mengisi pos tersebut. Tetapi setelah 3 bulan, ia diberhentikan dengan alasan masih percobaan dan tidak sesuai kompetensi. Padahal PBSI tentu sudah mengetahui latar belakang dan sepak terjang Djoko sebelum menerimanya.
Di sisi lain, Herry IP sendiri juga sempat dilema karena tanggung jawabnya di sektor ganda putra harus 'terputus' di tengah periode krusial kualifikasi Olimpiade Paris 2024.
Pada akhirnya, pelatih yang biasa dijuluki Coach Naga Api itu pun sudah menegaskan bahwa dirinya tidak bisa menjanjikan apapun dalam jangka waktu dekat termasuk di Paris 2024, sebab harus memoles lagi kemampuan individual para pemain ganda campuran pelatnas.
Baca Juga: Doa Alwi Farhan untuk Bulu Tangkis Indonesia Usai Persembahkan Gelar Kejuaraan Dunia Junior 2023