Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Federasi Sepak Bola Thailand (FAT) resmi menunjuk Masatada Ishii sebagai pelatih baru untuk menggantikan Mano Polking.
Banyak kisah menarik yang dirasakan oleh pelatih asal Jepang itu selama hidupnya.
FAT tentu saja mempunyai alasan menunjuk Masatada Ishii sebagai juru taktik anyar Gajah Perang.
Pasalnya, pelatih berusia 58 tahun itu sudah berkiprah selama empat tahun di persepakbolaan Thailand.
Kemampuannya terbukti benar lantaran Masatada Ishii sukses membantu Buriram United meraih treble winner dalam dua musim berturut-turut pada 2021/2022 dan 2022/2023.
Masatada Ishii sebelumnya juga berhasil meraih gelar juara J-League 2016 bersama Kashima Antlers.
Bahkan, ia sukses membawa Kashima Antlers melaju ke final Piala Dunia Antarklub 2016 dengan menahan imbang Real Madrid 2-2 di 90 menit sebelum kalah di babak tambahan.
Sama seperti pelatih-pelatih lainnya, karir Masatada Ishii juga tidak terlalu cemerlang.
Masatada Ishii pernah dipecat Kashima Antlers pada musim 2017 dan kemudian bergabung bersama Omiya Ardija.
Sayangnya, klub tersebut terdegradasi ke J-League 2.
Masatada Ishii juga gagal membawa tim tersebut promosi ke J-League 1 2018.
Hingga akhirnya, ia memutuskan mundur.
Dilansir dari Soha, Masatada Ishii merasa frustasi dan berpikir untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya.
"Setelah saya pensiun dari pesepakbola, saya langsung beralih menjadi pelatih."
"Sehingga saya tidak punya banyak kesempatan untuk mengurus keluarga," kata Masatada Ishii kepada Number.
Lanjut Masatada, sejak SMA putri kesayangannya mempunyai banyak teman dan aktivitas.
Putrinya itu lebih banyak beraktivitas di sekolah.
Ia merasa kesenjangan antara ayah dan anak semakin meningkat.
Ia pun berpikir harus memanfaatkan sisa waktu sebelum putrinya itu tumbuh dewasa.
"Tiba-tiba saya melihat iklan lowongan kerja untuk menyediakan makan siang sekolah di daerah Kashima," kata Masatada Ishii.
Masatada Ishii akhirnya diterima sebagai asisten koki di tempat makan tersebut.
Ia senang karena pekerjaannya itu cukup bagus lantaran bisa mendapatkan waktu libur selama dua hari di akhir pekan.
Masatada Ishii juga bisa mendapatkan waktu libur di musim panas karena sekolah diliburkan.
Semua rekan kerjanya pun kaget melihat Masatada Ishii sosok pelatih terkenal mau bekerja di tempat makan.
Menjadi asisten koki rupanya tidak mudah bagi Masatada Ishii.
Ada suatu hari yang dimana ia ditugaskan untuk membersihkan 20kg kentang yang nantinya dimasukkan ke dalam mesin pemasak kari.
Proses pembersihannya juga sangat ketat dan memastikan harus tetap bersih.
Ketelitian dalam setiap detail mengingatkannya pada sepak bola.
Terlalu sering memasakan, ia pun menyadari bahwa pentingnya nutrisi dalam menciptakan tubuh yang sehat.
Saat itulah kecintaan Masatada Ishii terhadap sepak bola dan keinginan untuk terus memimpin tim muncul.
Masatada Ishii memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya itu dan berhasrat untuk segera kembali ke lapangan.
Sayangnya, tidak ada tawaran yang didapatkan olehnya dari klub-klub J-League.
Hingga akhirnya klub asal Thailand, Samut Prakan City, memberikan tawaran pada Oktober 2019.
Tawaran itu rupanya ditolak oleh Masatada Ishii karena tidak mau keluar dari Jepang.
Pihak klub terus memintanya untuk sekali saja datang dan melihat suasana di Samut Prakan City.
Baca Juga: Keren! Suporter Persija The Jakmania Sumbang Rp 155 Juta untuk Palestina
Masatada Ishii setuju dan akhirnya datang sekali lalu pulang lagi ke Jepang.
Masatada Ishii menolak tawaran itu karena tidak mau meninggalkan keluarganya.
Beberapa bulan kemudian, Masatada Ishii menyadari bahwa untuk mendapatkan pekerjaan di J-League tidak mudah.
Sementara klub-klub Thailand terus memberikan tawaran.
Akhirnya Masatada Ishii menerima tawaran untuk bekerja di Samut Prakan City.
Musim 2021, ia dikontrak oleh klub papan atas Thailand, Buriram United, sampai 2023.
Kini, ia ditugaskan menjadi pelatih kepala Thailand.
Selama berada di Thailand, Masatada Ishii seolah terlahir lagi.
Menurutnya ini bermula dari bekerja sebagai asisten dapur di Kashima.
"Saya menyadari banyak hal berguna yang mendekati sepak bola dari sudut pandang berbeda," tutup Masatada Ishii.