Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Bulu tangkis Denmark ternyata sedang dilanda krisis pemain di mana minat warga di sana untuk menjadi atlet badminton menurun drastis meski punya role model sekaliber Viktor Axelsen saat ini.
Bersinarnya prestasi Axelsen sebagai Juara Dunia dua kali dan peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, telah mencuri perhatian dan daya tarik dalam beberapa tahun terakhir.
Maklum, melesatnya prestasi tunggal putra nomor satu dunia itu diiringi dengan penampilannya yang sangat menggila dan ganas.
Bahkan bisa dibilang mampu menjadi role model baru di saat meredupnya nama Kento Momota (Jepang).
Cara Axelsen meraih gelar-gelar juara dia juga terbilang fantastis.
Tak jarang dia mampu melibas dan membantai lawan-lawannya dengan skor satu digit.
Kecuali karena cedera, rasanya hampir semua turnamen bisa saja dimenangi olehnya.
Performa Axelsen yang menanjak pun diikuti kompatriotnya, Anders Antonsen.
Setelah sempat inkonsisten, Antonsen mulai menunjukkan dominasinya sebagai deputi Axelsen. Tahun ini saja, dia sudah mengoleksi dua gelar juara bergengsi, Malaysia Open 2024 dan Indonesia Masters 2024.
Namun, di tengah meroketnya prestasi menonjol mereka, Denmark justru terkena pukulan telak dalam anomali minat bulu tangkis warga mereka.
Baca Juga: Kejuaraan Asia 2024 - Apriyani/Fadia Mundur, Indonesia Tanpa 2 Wakil di Ganda Putri
Anak-anak yang sejatinya jadi aset masa depan, justru tidak menunjukkan minat tinggi pada bulu tangkis.
Hal ini diketahui dari jumlah anggota klub bulu tangkis di Negeri Skandinavia yang menurun drastis di mana pada tahun 2023 total hanya berjumlah 109.917 orang.
Ini adalah kelima kalinya dalam lima tahun beruntun Denmark mengalami penurunan minat olahraga bulu tangkis.
Bahkan, dalam 12 tahun terakhir, jumlah 109.917 itu adalah yang paling rendah.
Sebuah hal yang ironis mengigat Denmark sejatinya masih jadi raksasa bulu tangkis Eropa apalagi setelah menguasai baik sektor putra dan putri di daratan Benua Biru pada ajang Kejuaraan Beregu Eropa 2024 lalu.
Krisis pemain bulu tangkis ini lantas turut membuat Axelsen prihatin. Dia menyebut, banyak aturan sejak level junior di klub-klub yang membuat minat anak-anak jadi menurun jika ingin menggeluti bulu tangkis.
"Saya tahu itu bukan satu-satunya alasan. Tapi dilihat dari luar, (klub-klub) sudah ada pelatihan swasta, pemeringkatan dan spesialisasi yang terlalu dini di dalamnya," ungkap Axelsen dalam unggahan media sosial Facebook, dikutip BolaSport.com dari TV2 Sport Denmark.
"Seharusnya, sebagai seorang anak, bermain bulu tangkis harus selalu terasa menyenangkan, apapun levelnya."
"Saya tidak bilang bahwa tidak ada pemfokusan dari federasi dan klub kami, tetapi hal ini juga seruan pada orang tua untuk mewujudkan impian mereka melalui anak-anak mereka."
"Sekarang biarkan anak-anak menjadi anak-anak sebagaimana mestinya."
"Kalau memang passionnya di situ, pasti ada banyak kesempatan untuk berkembang dan potensi karier profesional juga bisa meningkat," tandasnya.
Akibat penurunan drastis minat menjadi pebulu tangkis, Badminton Denmark rencananya akan menyusun rencana untuk mencari tahu dan menganalisis apa hal-hal yang melatarbelakangi penurunan angka tersebut.
Selain itu, mereka juga akan berusaha membuat perubahan untuk perkembangan positif di masa depan.