Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Venezia sendiri masih berpeluang menyalip Como dalam dua partai tersisa sembari berharap sang rival tersandung.
Untuk sementara ini, I Lagunari baru memastikan tempat di semifinal play-off promosi.
Kembali ke Parma, kepastian I Gialloblu pulang ke habitatnya di Serie A memutar lagi memori soal kejayaan klub masa silam.
Pada era 1990-an, klub asal Emilia-Romagna mencapai zaman keemasan bersama generasi para legenda.
Isinya mulai dari rombongan Gianfranco Zola, Tino Asprilla, sampai Gigi Buffon, Hernan Crespo, Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, dan Ariel Ortega, hanya beberapa di antaranya.
Prestasi Parma pada era ini mencakup juara Piala UEFA (2 kali), Piala Winners (1), Piala Super Eropa (1), Coppa Italia (2), dan Piala Super Italia (1).
Baca Juga: Inter Milan Masih Tenggelam dalam Pesta Juara Liga Italia, Marotta Sudah Pikirkan Gelar Ke-21
Posisi finis terbaik mereka dalam sejarah Serie A adalah runner-up musim 1996-1997.
Pada awal 2000-an, Gialloblu masih sempat bersaing dengan kehadiran bintang generasi anyar macam Hidetoshi Nakata, Adriano, dan Adrian Mutu.
Namun, hantaman berbagai krisis, terutama di bidang finansial, memicu kehancuran klub.
Sempat divonis bangkrut lalu memulai perjalanan dari Serie D sedekade silam, Parma secara perlahan bangkit dan mencapai kasta tertinggi kembali pada 2018.
Eksistensi di Serie A berakhir dengan finis peringkat buncit pada klasemen 2020-2021 sebelum mereka mencapai habitatnya lagi mulai musim depan.
Bentorn????️to @1913parmacalcio ???????????? pic.twitter.com/K2sLiJsTlG
— Lega Serie A (@SerieA) May 1, 2024