Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Situasi di Adidas Arena nanti seperti apa, kami desain supaya anak-anak familiar."
"Pertempuran di lapangan itu bukan hanya soal fisik dan teknik tetapi juga psikologis yang berkelindan menjadi satu."
"Itu yang terus kami coba simulasikan ke anak-anak agar semakin bisa mengatas situasi-situasi seperti itu."
Tentunya dalam persiapan menuju kompetisi, karakter dari lawan-lawan yang berpeluang untuk dihadapi juga dianalisis.
Fadil merasa tim-tim lawan juga telah mempelajari para pemain Indonesia.
Dia mengambil contoh China dengan kekalahan Gregoria dari Chen Yu Fei di final Uber Cup dan hingga bagaimana Jonatan dipaksa bermain rubber game oleh Li Shi Feng di final Thomas Cup.
"Li Shi Feng juga mengatakan dia mempelajari Jojo tapi waktunya tidak cukup dan Jojo sudah melakukan langkah-langkah antisipasi."
"Karena lawan Olimpiade ini kan jelas, siapa yang di tunggal, siapa yang di ganda, siapa yang di mixed double. Itu yang terus kami diskusikan," tandasnya.
Fadil sendiri optimistis dengan peluang tim bulu tangkis Indonesia di Olimpiade Paris 2024.
Sebagai satu-satunya cabor yang pernah memberikan medali emas bagi Indonesia, tentu ada harapan lebih kepada mereka.
"Hidup ini harus ada optimisme," ucapnya lagi.
"Saya kira bukan cuma di olahraga, apalagi untuk Merah Putih, untuk membangun kebanggaan, character of nation."
"Dalam beberapa kesempatan saya sampaikan badminton Indonesia adalah gudangnya orang-orang yang berprestasi."
Baca Juga: Pelatih Sebut Penyebab Fajar/Rian Sering Ditikung Ganda Putra No. 1 China, Fikri/Bagas Dapat Kejutan