Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Manajer Timnas U-20 Indonesia, Ahmad Zaki Iskandar, angkat suara soal data pemain naturalisasi saat ini.
Pihaknya mengaku sudah mengantongi banyak daftar nama pemain diaspora.
Shin Tae-yong selaku pelatih Timnas Indonesia paling tidak sudah mengantongi 50 pemain diaspora.
Pelatih asal Korea Selatan tak khawatir untuk mencari pemain pengganti jika nama yang bersangkutan telah menurun atau tidak bersedia tampil untuk Timnas Indonesia.
Zaki juga menegaskan bahwa stok pemain diaspora tersebar sampai level yunior.
Meski berstatus pemain diaspora, pihaknya belum tentu bakal memanggil pemain tersebut ke skuad Timnas Indonesia.
Hal tersebut tergantung kebutuhan Shin Tae-yong dan pelatih Timnas Indonesia level kelompok usia lainnya.
"Shin Tae-yong itu punya stok pemain 50 databasenya," ujar Ahmad Zaki Iskandar.
Baca Juga: Pemainnya Jadi Andalan Indra Sjafri, Pelatih Persebaya Soroti TC Jangka Panjang Timnas Indonesia
"Misal kalau Jordi Amat udah di peak performance, sekarang turun, gantinya banyak."
"Elkan gak bisa datang, tidak usah khawatir, karena stok dari U-23 juga ada."
"Jadi diaspora maupun lokal itu nanti persaingannya akan sangat tinggi sekali."
"Belum tentu diaspora akan langsung diambil, kemampuan merreka akan dilihat dulu."
"Jika kemampuannya sama dengan lokal, akan terelimniasi dengan sendirinya," ujarnya.
Ahmed Zaki Iskandar meminta publik tidak khawatir dengan adanya pemain diaspora di Timnas Indonesia saat ini.
Dirinya berharap bahwa pemain diaspora bisa menaikkan standar seleksi pemain Timnas Indonesia.
Pasalnya, para pemain diaspora berkembang dari negara yang sudah kuat dalam tradisi sepak bola.
Baca Juga: Bukan Cuma Mitos, Shin Tae-yong Berani Coret Pemain Timnas Indonesia Karena Hal Ini
"Tak usah khawatir dengan disapoira, tapi mudah-mudahan dengan adanya keturunan ini bsia meningaktkan standar seleksi untuk Timnas kita," ujar Ahmed Zaki Iskandar.
"Karena diaspora yang di luar ini memang didikannya beda dengan di Indonesia."
"Mereka diberikan pemahaman jadi atlet, pola hidup, pola latihan, waluapun di Indonesia ada yang lebih baik."
"Tetapi di kita tak ada pendidikan untuk jadi atlet," ujarnya.
Dirinya berharap bahwa kehadiran pemain diaspora jadi sarana belajar bagi pemain-pemain lokal.
Selain belajar dalam kemampuan olah bola, para pemain lokal diharapkan bisa belajar banyak dalam komunikasi bahasa asing.
"Jadi saling belajar lah antara keturunan dan Indonesia, dari pemain lokal belajar bahasa Inggris bisa komunikasi," ujar Ahmad.
"Dari pemain keturunan belajar bahasa Indonesia agar mereka jadi WNI," ujarnya.