Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Dominasi yang ditampilkan Marc Marquez sepanjang seri balap ke-12 MotoGP Aragon 2024 menjadi bukti bagaimana sebuah talenta yang dimilikinya berada di atas level manusia.
Pembalap Gresini Racing itu berada di level yang berbeda dalam seri balap MotoGP Aragon yang berlangsung di Motorland Aragon, Alcaniz, Spanyol, pada 30 Agustus—1 September 2024.
Tak ada satu pun yang bisa mengimbangi Marc Marquez, termasuk dua rider dengan prestasi terbaik musim ini yaitu Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) dan Jorge Martin (Prima Pramac).
Sementara Bagnaia bolak-balik mengalami kesialan, Martin juga hanya bisa menonton Marquez dari posisi kedua meski meninggalkan rival-rival yang ada di belakangnya.
Lantas, apa penyebabnya?
Jawabannya lebih dari sekadar bahwa Aragon adalah sirkuit anti-clockwise, trek yang jalurnya berlawanan arah jarum jam karena lebih banyak memuat tikungan ke arah kiri.
Keunggulan Marquez di sirkuit kiri yang muncul karena latihan dirt track-nya, di mana lintasannya dari tanah liat dan berbentuk oval ke arah kiri, memang sudah menjadi rahasia umum.
Marquez pun sudah menunjukkan performa menjanjikan musim ini di jenis sirkuit favoritnya itu seperti GP Americas dan GP Jerman tetapi Dewi Fortuna belum berpihak untuk kemenangannya.
Baru di Aragon, semesta akhirnya tersenyum kepada sosok ambisius yang terus mencari jalan keluar saat kariernya terlihat akan berakhir lebih cepat.
Di Aragon, kondisi yang mendorong peluang Marquez ke angka mendekati 100 persen datang yaitu permukaan aspal yang penuh tanda tanya.
Aspal baru Sirkuit Aragon yang mengalami peremajaan belum sepenuhnya siap dipakai sehingga level daya cengkeram alias grip-nya di bawah normal.
"(Jumat pagi) kondisinya sangat buruk," ungkap Manajer Balap Motor Michelin, Piere Taramasso, dilansir dari GPOne.com.
"Belum ada bekas karet di aspalnya, ada debu, aspal, dan minyak. Ada banyak pembalap yang mengatakan kepada kami lintasannya sangat sulit untuk dilalui."
Saat pembalap lain kesulitan, Marquez justru bersinar hingga selalu menjadi yang tercepat sejak latihan bebas pertama hingga balapan, minus pemanasan karena memilih bersantai.
Kondisi yang sulit memungkinkannya untuk lebih mengandalkan kemampuannya daripada tenaga motornya. Kata kuncinya adalah adaptasi.
Pada 2020 jurnalis veteran MotoGP sekaligus eks pembalap, Mat Oxley, menulis dalam kolomnya di Motorsport Magazine bahwa kemampuan adaptasi ini yang menjadi senjata Marquez.
Satu peristiwa yang membuatnya kagum terjadi pada MotoGP Prancis musim 2013, balapan di lintasan basah yang pertama bagi Marquez di kelas para raja.
Marquez hanya butuh delapan lap untuk mencetak waktu lap tercepat meski akhirnya finis di posisi ketiga. Julukan Bayi Alien makin sahih di sana.
Periode empat gelar beruntun Marquez yang dimulai pada 2016 dan terputus karena cedera parah pun terjadi setelah perubahan teknis yang menuntut kemampuan adaptasi lebih.
Penyeragaman teknis membuat peranti kontrol elektronik (ECU) menjadi lebih sederhana. Selain itu ada pergantian pemasok ban tunggal dari Bridgestone ke Michelin.
"Marc sangat spesial sehingga dia berlomba dengan kondisi apapun, jadi dia berlomba dengan berbagai masalah seakan itu tidak ada," ucap mantan rekannya di Honda, Cal Crutchlow.
Kalimat ini diulangi Marquez saat mengulas perfoma kuat yang sudah ditunjukkannya sejak hari pertama seri MotoGP Aragon.
"Kita tiba di sirkuit yang menguntungkan bagi saya dan dengan kondisi yang sempurna bagi saya," kata Marquez membeberkan.
"Sirkuitnya memiliki aspal yang licin, kondisi yang berubah di setiap tikungan, dengan sedikit dukungan di bagian depan motor, beradapasi dengan cepat adalah salah satu kekuatan saya."
Di MotoGP Aragon kemarin, takdirnya seperti mengatakan bahwa sudah waktunya bagi Marquez untuk menang balapan lagi.
Sebab, hujan yang mengguyur Aragon pada Jumat malam dan Minggu pagi membuat kondisi trek tak pernah sama dari awal hingga akhir, sesuai dengan keinginan Marquez.
Saking pedenya, Marquez sampai memilih bersantai di garasi saat pembalap lain menjalani sesi pemanasan pada Minggu jelang balapan hingga berlatih skenario flag-to-flag.
"Saya punya feeling yang bagus, sensasinya mudah dan bagus. Saya keluar ke trek, tanpa tampil menekan, dan waktu lapnya bagus," ucapnya kepada DAZN setelah memenangi lomba sprint.
Kepercayaan diri Marquez berlipat karena dia akhirnya mengakhiri masa paceklik selama hampir tiga tahun, tepatnya 1.043 hari.
Juara dunia delapan kali itu akhirnya memenangi balapan lagi setelah kesuksesan terakhir pada balapan MotoGP Emilia Romagna, 24 Oktober 2021.
Marquez mengaku sudah tahu kemenangannya tinggal menunggu waktu setelah merasakan sensasi bagus dengan motor Ducati Desmosedici di tes pramusim.
Optimisme untuk menjadi juara lagi pun makin membumbung tinggi. Namun, Marquez tidak mau sesumbar untuk musim ini. Misi berikutnya adalah membangun konsistensi.
"Tidak, saya tertinggal terlalu jauh. Saya kehilangan banyak poin dan ada dua pembalap di depan saya dengan lebih banyak konsistensi," kata Marquez setelah balapan.
"Sebuah akhir pekan yang bagus itu membantu, tetapi tidak mengubah hidup kita. Finis di tiga besar adalah target yang realistis."
"Masih ada banyak poin untuk dimenangi dan ada banyak hal yang bisa terjadi, kita tidak pernah tahu, tetapi hal terpenting adalah menikmatinya," tandas calon pembalap Ducati itu.