Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Emosi Jorge Lorenzo Pecah Saat Ungkit MotoGP 2015 dan Betapa Toksiknya Fans Valentino Rossi

By Agung Kurniawan - Rabu, 2 Oktober 2024 | 09:00 WIB
Jorge Lorenzo (kiri) dan Valentino Rossi (kanan) saat masih membela tim pabrikan Yamaha di MotoGP (JOSEP LAGO/AFP)

BOLASPORT.COM - Jorge Lorenzo kembali mengenang rivalitas panasnya dengan Valentino Rossi saat masih aktif sebagai pembalap MotoGP.

Meski berada di tim yang sama yaitu Yamaha, Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi pernah menggoreskan rivalitas internal yang tak biasa.

Keduanya sama-sama membawa persaingan di dalam lintasan menuju level yang berbeda dengan balutan emosi dan tensi tinggi.

Bahkan selama menjadi rekan setim, Lorenzo dan Rossi sama-sama tidak ingin racikan motor mereka diketahui satu sama lain.

Garasi Yamaha pun terbelah dua dengan adanya dinding pembatas yang berdiri di antaran Rossi dan Lorenzo.

Momen puncak persaingan mereka terjadi pada MotoGP 2015 di mana Lorenzo dan Rossi bersaing ketat untuk memperebutkan gelar juara dunia.

Gengsi nasionalisme antara Italia di kubu Rossi dan Spanyol di sisi Lorenzo semakin menambah panas persaingan ini hingga akhir musim tersebut.

Langkah Rossi untuk mengejar Por Fuera di papan klasemen saat itu semakin sulit setelah dia dijatuhi sanksi atas insiden Sepang Clash.

Ya, The Doctor harus start dari posisi paling belakang setelah dia ditengarai menjatuhkan Marc Marquez dari Repsol Honda.

Baca Juga: Valentino Rossi Sekarang Beri Tahu Para Pembalapnya: Lihat Marc Marquez, Kita Harus Mempermudah Francesco Bagnaia

Tak ayal, hal tersebut membuat posisi Lorenzo berada di atas angin hingga akhirnya dia memenangkan seri terakhir di Valencia untuk mengunci gelar juara.

Di sisi lain, Rossi yang start dari urutan paling belakang tampil heorik di atas motor YZR-M1 dan merengkuh finis di tempat keempat.

Dalam siaran podcast yang bertajuk Behind the Pilot belum lama ini, Lorenzo kembali mengenang rivalitasnya dengan Rossi.

Secara terang-terangan, pria yang telah dinobatkan sebagai legenda MotoGP tersebut mengaku membawa emosi persaingannya dengan Rossi hingga keluar lintasan.

Sisi emosional Lorenzo muncul ketika dia merasa persaingan di musim 2015 adalah persaingan yang paling gila di MotoGP bahkan hingga hari ini.

"Apakah saya pernah membawa kebencian di luar sirkuit? Ya," kata Jorge Lorenzo, dilansir BolaSport.com dari laman Corsedimoto.

"Ketika saya menjadi rival Valentino Rossi, para penggemar sangat terpecah. Ada kebencian, seperti dalam sepak bola."

"Tahun 2015 itu sangat dramatis dalam hal emosi, tidak ada yang sebanding dengan hari ini," tuturnya menambahkan.

Dalam kesempatan yang sama, Lorenzo juga tak sungkan mengungkapkan rasa kecewanya kepada para penggemar yang hadir di Valencia saat itu.

Dengan mayoritas orang Spanyol, Lorenzo justru mendapatkan cemooh ketika memarkir motornya di Parc Ferme alih-alih mendapatkan apresiasi.

Hal itu terjadi lantaran sebagian besar publik Spanyol tersebut menjadi penggemar Valentino Rossi.

"Saya telah memenangkan balapan dan Marquez berada di urutan kedua, kami adalah pembalap tercepat di planet ini," kata Lorenzo.

"Tapi 80 persen publik Spanyol mencemooh kami karena mereka adalah penggemar Rossi," tuturnya menambahkan.

Tingkah toksik penggemar Valentino Rossi tidak berhenti sampai di situ saja, Lorenzo bahkan menerima perlakukan yang kurang menyenangkan.

Hujatan masih terus digaungkan fans sosok ikonik bernomor 46 tersebut bahkan hingga merembet kepada ibu Lorenzo.

"Beberapa jam kemudian saat merayakan gelar juara di dalam kemah bersama ibu, keluarga, dan teman saya, di samping tembok sirkuit," kata Lorenzo.

"Ada sekitar 50 penggemar Rossi yang menghina ibu saya."

"Mereka mengatakan kepada kami 'kamu mencuri kejuaraan ini', mereka adalah orang Spanyol," imbuhnya.

Walau mengalami momen pahit tersebut, gelar juara dunia MotoGP 2015 merupakan gelar juara dunia yang paling dibanggakan Lorenzo dalam kariernya.

Selama mengaspal di kelas utama MotoGP, Lorenzo berjaya tiga kali yaitu musim 2010, 2012 dan 2015.

"Itu adalah gelar yang paling saya banggakan, saya menderita dan berjuang sampai akhir," kata Lorenzo.

"Saya sangat tidak beruntung tahun itu di Qatar, pelindung helm saya lepas."

"Kemudian saya terjatuh di Silverstone, saya sangat tidak beruntung, tapi saya tidak menyerah sampai akhir dan saya memenangkan kejuaraan."

Baca Juga: Valentino Rossi: Dibandingkan dengan Lorenzo atau Pedrosa, Saya Selalu Balapan dengan Mobil

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P