Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Saya merasa tertarik dengan olahraga boccia, karena ini olahraga yang sangat membantu daya berpikir dan konsentrasi mereka lebih meningkat, khususnya bagi Cerebral Palsy yang mengalami gangguan motorik seperti Pieters," ucap Yerris.
Buah Ketekunan
Yerris menceritakan awal mula Pieters menjalani latihan boccia di Manokwari, tidak bisa memegang maupun melempar bola. Tangannya tak cukup kuat mengangkat bola boccia.
Namun karena hampir setiap hari melihat atlet lain berlatih, timbul semangat dan keinginan dari Pieters untuk bisa bermain, dan akhirnya ia mampu melempar bola dengan teknik lengan atas yang mengharuskannya mengangkat bola lebih dulu.
Tak hanya sang ayah, ibu Pieters bernama Sintia Iwanggin juga datang ke Solo mendampingi sang putra.
Sintia sempat tak kuasa menahan haru saat melihat anaknya bertanding. Sambutan dan dukungan suporter membuatnya merinding.
"Sempat kita terpikir bahwa karena kondisinya begini (Cerebral Palcy) takut dia kelelahan akhirnya khawatir, tapi ya rencana tuhan tidak ada yang tahu, tadi saya sempat nonton tapi saya harus keluar," kata Sintia.
"Saya lihat pas selesai kenapa anak saya di kasih dukungan suporter yang banyak. Saya terharu, mau menangis," ucap Sintia dengan mata berkaca-kaca.
Olahraga boccia ternyata membawa manfaat yang sangat besar bagi Pieters. Ibunya menyebut bahwa olahraga ini sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anaknya, hingga menjadi atlet untuk mewakili provinsi Papua Barat.
"Olahraga ini jadi terapi bagi Pieters, Dia menjadi anak yang lebih ceria, tadinya termenung, sering diam di rumah saja, tetapi setelah kenal dengan boccia dia jadi ceria, semangat lagi dan percaya diri," lanjut Sintia