Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pernikahan Ketiga Claudio Ranieri dan AS Roma, Misi Mustahil yang Terakhir untuk Selamatkan Serigala

By Beri Bagja - Kamis, 14 November 2024 | 10:00 WIB
Claudio Ranieri saat memimpin laga AS Roma menghadapi Empoli di Liga Italia (11/3/2019). Ranieri kembali menukangi Roma untuk kali ketiga setelah menggantikan posisi Ivan Juric. (ANDREAS SOLARO/AFP)

BOLASPORT.COM - Claudio Ranieri akan menjalani periode ketiga sebagai pelatih AS Roma untuk menjalani misi terakhirnya menyelamatkan Sang Serigala.

"Ada masalah yang sulit dipecahkan? Itulah kenapa mereka memanggil saya."

Begitu kalimat pertama Claudio Ranieri dalam momen kedatangannya di London.

Pelatih kawakan berusia 73 tahun tiba di Inggris, Selasa (12/11/2024) malam waktu setempat untuk menemui Presiden AS Roma, Dan Friedkin.

Ranieri terpilih sebagai pengganti posisi Ivan Juric, yang dipecat akhir pekan lalu.

Ibarat sebuah pernikahan, sekarang adalah kali ketiga Ranieri melakukan ijab kabul dengan klub dari Kota Abadi.

Kembali melatih Roma, dia ibarat pulang ke rumah sendiri.

Ranieri lahir di Roma, menjalani debut pesepak bola dengan AS Roma, dan sebelumnya pernah dua kali menukangi I Lupi.

Dalam dua kesempatan terdahulu, Pelatih Terbaik FIFA 2016 ini direkrut ketika Roma sedang dilanda krisis.

Pada awal musim 2009-2010, ia menggantikan posisi Luciano Spalletti ketika Sang Serigala terkapar di dasar klasemen Liga Italia.

Bersama Ranieri, Roma bangkit dan merajut mimpi meraih scudetto sebelum dikandaskan tim super Inter Milan asuhan Jose Mourinho.

Kendati tak meraih gelar, I Giallorossi hanya kalah saing dari Inter setelah finis sebagai runner-up liga, Coppa Italia, dan Piala Super Italia.

Periode keduanya di Trigoria berlangsung singkat pada etape terakhir musim 2018-2019.

Ranieri diharapkan bisa membereskan kekacauan setelah klub mendepak Eusebio Di Francesco.

Dalam 12 partai terakhirnya, dia membawa Roma finis di peringkat 6 yang cukup memberikan tiket ke fase grup Liga Europa.

Daniele De Rossi cs bahkan menutup Serie A dengan rapor 9 partai tanpa kalah.

Tugas yang sama sebagai tukang reparasi lagi-lagi diberikan Roma kepada Claudio Ranieri.

Karena panggilan hati, ia memutuskan kembali bekerja setelah pensiun akhir musim lalu di Cagliari.

Roma dalam kondisi darurat. Hanya dalam 12 pekan perdana musim ini, Grup Friedkin sudah memecat dua pelatih.

De Rossi dan Juric kehilangan pekerjaan, di mana saat ini Roma terlempar ke peringkat 12.

Jarak hanya 4 poin dari zona degradasi membuat klub berharap Ranieri menunjukkan kembali sentuhan ajaibnya supaya keluar dari krisis.

"Ranieri, Roma sebagai misi mustahil terakhirnya," tulis judul editorial di Tuttomercatoweb.

Menukangi Tim Serigala dengan segala kekacauannya saat ini memang diyakini mustahil untuk dibereskan Ranieri seorang.

Selain memburuk dari sisi penampilan di lapangan, adanya dugaan konflik kepentingan di kalangan internal petinggi klub sendiri memperparah krisis.

Hubungan klub dengan suporter tidak sehat.

Fan sama sekali tidak merasa dekat dengan presiden klub lantaran Friedkin sendiri nyaris tak pernah muncul ke publik, apalagi bersuara tentang kondisi Roma.

Namun, misi mustahil merupakan tantangan sehari-hari dalam karier Ranieri.

Membawa Leicester City juara Liga Inggris adalah contoh ketidakmungkinan yang berhasil dia taklukkan.

Ranieri juga membawa Cagliari naik tingkat dari level terbawah hingga Serie A, mempersembahkan trofi untuk 5 klub berbeda, serta menjadi peletak fondasi kesuksesan di banyak tim asuhannya.

Baca Juga: Timnas Indonesia Hadapi Raja Terakhir, Kevin Diks dkk Harus Masuk Mode Penjinak Striker Kelas Dunia

"Ranieri memiliki pengetahuan yang sangat dalam tentang tempat itu (Roma)," kata koleganya yang kini menukangi timnas Italia, Spalletti.

"Ini pilihan yang bagus. Saya pikir dia memiliki segalanya yang dia perlukan untuk membereskan beberapa hal," ujarnya.

Meskipun demikian, Ranieri diyakini tak akan bisa melakukannya sendiri.

Selain membutuhkan pelatih berkarisma kuat dan tegas, AS Roma kehilangan sosok penyambung lidah antara pemain dengan petinggi klub maupun suporter dengan pemain dan bos-bos di jajaran atas.

"Tentu saja dia tidak memahami Roma hari ini. Harapannya, dia dapat segera mengerti apa situasinya dan membantu kami," ujar mantan Presiden I Lupi, Rosella Sensi.

"Saya tak akan membebaninya dengan terlalu banyak tanggung jawab. Fan ingin mendengar presiden mereka berbicara."

"Kalau dia tidak mau bicara, maka dibutuhkan seorang figur yang mengetahui bagaimana cara berbicara dengan fan," tambahnya.

"Bagi saya, Roma membutuhkan seorang pelatih plus Ranieri atau Ranieri plus seorang direktur," kata pelatih gaek Italia, Serse Cosmi, ikut beropini.

"Ranieri adalah pilihan yang menyenangkan buat saya, tapi dia tak bisa menyelesaikan masalah Roma sendiri."

"Saya harap dia sendiri yang bisa mendorong kehadiran seorang figur lain," tutur eks pelatih Perugia tersebut.

AS Roma diwartakan hanya akan menugaskan Claudio Ranieri sampai akhir musim ini.

Penyelamatan Tim Serigala sepertinya menjadi misi terakhir Ranieri sebelum benar-benar mengusaikan kariernya di balik kemudi.

Fan Giallorossi bakal langsung menantikan sentuhan ajaibnya bekerja dalam agenda berat di tiga partai pertama.

Selepas jeda internasional, Roma sudah dinanti rival-rival top dalam rupa Napoli, Tottenham, dan Atalanta sampai awal Desember mendatang.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P