Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Raja bulu tangkis Malaysia, Lee Zii Jia, mengulas kembali kenangan menyakitkan ketika dia gagal mewujudkan ambisi untuk meraih medali emas Olimpiade Paris 2024 dengan kekalahan tak terduga.
Lee Zii Jia menjadi salah satu tunggal putra yang diprediksi bisa melaju jauh pada saat ajang olahraga multievent empat tahunan ini.
Saat turnamen paling akbar di bulu tangkis itu berlangsung, Lee menunjukkan tanda-tanda dominan dari fase grup sampai perempat final.
Kualitas permainan Juara Asia satu kali itu begitu terlihat dari permainan dia yang bersih dan minim eror.
Tak salah jika Lee pun sudah sangat diidamkan untuk menjadi salah satu penyumbang medali emas bagi Malaysia.
Meski peta persaingan tunggal putra memanas dengan Shi Yu Qi (China) dan Jonatan Christie (Indonesia) yang sempat konsisten, Lee juga diprediksi bisa bersaing sengit.
Dia sudah sangat digadang-gadang mampu memecah kebuntuan Malaysia yang sama sekali belum pernah meraih medali emas di Olimpiade.
Pendahulu Lee Zii Jia yaitu Lee Chong Wei selalu dipaksa puas dengan raihan tiga medali perak dari tiga edisi Olimpiade berbeda.
Angan-angan tunggal putra independen itu semakin dekat kala dia berhasil memijak babak semifinal.
Ekspektasi Lee untuk selangkah lagi maju di pertandingan perebutan medali emas alias final semakin membumbung tinggi.
Menghadapi tunggal putra andalan Thailand, Kunlavut Vitidsarn, keduanya diprediksi melakoni laga sengit karena saat itu rekor pertemuan seimbang 4-4.
Namun, siapa sangka, di babak semifinal itu justru jadi titik rendah Lee pada tahun ini.
Boro-boro duel alot, Lee kalah dengan relatif mudah karena permainannya yang tak sesuai keinginan. Dua gim langsung, dia takluk 14-21, 15-21.
Kekalahan tersebut sangat membekas dan menyakitkan bagi Lee. Impiannya untuk medali emas sirna, ekspektasi publik Negeri Jiran pada kedua bahunya seolah runtuh.
Fase setelah kalah di semifinal itulah jadi fase terberat Lee. Dia tak doyan makan hingga berat badannya turun sampai 2 kilogram dalam sehari.
"Setelah kalah di semifinal dari Kunlavut, saya mengalami stres," ungkap Lee kepada BWF Badminton.
"Saya tidak bisa makan dan bahkan kehilangan 1-2 kilogram berat badan saya. Saya menimbang berat badan saya pada pagi harinya."
"Saya pun tidak bisa sarapan dengan baik," ungkap dia.
Situasi makin runyam karena kekalahan di semifinal bukan halaman terakhir dari petualangan sang raja bulu tangkis Malaysia di Olimpiade Paris 2024.
Sebab, dia masih harus berjuang sekali lagi untuk laga perebutan medali perunngu melawan pemain kuda hitam, Lakshya Sen (India).
Beruntung, meski dalam kondisi mental yang tak karuan, Lee masih bisa membayar rasa sakit itu dengan medali perunggu.
Dia mengalahkan Sen walau harus berjuang selama 71 menit sebelum menang dengan skor akhir 13-21, 21-16, 21-11.
"Saya bahkan minum Panadol sebelum laga melawan Sen, karena saya mulai merasa sakit," ujar Lee membeberkan.
"Syukurlah saya dapat mengatasi masalah ini dan bisa mendapat medali perunggu."
"Meskipun begitu, saya tidak merasa bahwa saya menang, karena tujuan saya ya untuk medali emas."
"Tetapi, saya harus menerima fakta bahwa saya adalah peraih medali perunggu," tambah Lee yang kini berusia 26 tahun.