Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Bersama Honda, Marquez sebenarnya telah merasakan surga dan neraka.
Neraka dialaminya ketika terjebak dalam cedera parah dan krisis performa yang menerpa Honda RC213V hingga menjadi penghuni baris belakang.
Sisa-sisa kejayaan ditunjukkan Marquez dengan menjadi satu-satunya pembalap Honda yang mampu bersaing di depan secara konsisten meski dengan berbagai cara.
Setelah Dani Pedrosa pensiun pada 2018, tidak ada rekan setim yang benar-benar dapat mengimbangi performa Marquez di tim pabrikan sayap emas.
Musim lalu pun Marquez sejatinya membuktikan bahwa dia menjadi juara dunia berulang-ulang karena karena kebetulan.
Cuma dibekali motor lama Ducati dan bukan versi akhir musim, Marquez masih bisa meramaikan persaingan untuk posisi tiga besar saat rival semotor sulit keluar dari posisi medioker.
Tiga kemenangan yang puncaknya adalah comeback dari blunder konyol di GP Australia menjadi bukti Bayi Alien yang sudah kepala tiga itu masih berbahaya.
Ducati pun berhasil diyakinkan hingga rela menyia-nyiakan proyek pembalap muda mereka untuk sosok veteran yang bangkit dari kuburnya.
"Saya bergabung dengan tim juara dunia. Saya telah merasakan tekanannya, tetapi saya menginginkannya!" ucap Marquez tentang musim depan.
"Saya bilang saya harus meninggalkan zona nyaman di Honda. Sekarang saya mendapatkan kesempatannya dan saya mengambilnya."