Palermo bahkan dibawanya mengalami salah satu masa terbaik mereka saat hampir saja lolos ke Liga Champions.
Di bawah besutan Delio Rossi (1 dari 3 pelatih yang bisa bertahan lebih dari setahun), Palermo finis di peringkat kelima Serie A 2009-2010.
Mereka hanya berjarak 2 poin dari Sampdoria di posisi keempat untuk masuk zona Liga Champions.
Tetapi momen itu menjadi anti klimask bagi Palermo. Semenjak meraih peringkat terbaik mereka, Palermo sudah dua kali terdegradasi.
Setelah musim lalu perjuangan mereka kembali ke Serie A terhenti pada babak play-off, Palermo tampil dominan dan menjadi kandidat juara Serie B musim ini.
Palermo untuk sementara menjadi pemuncak klasemen dari liga kasta kedua di Italia dengan keunggulan tiga poin dari pesaing terdekat.
Namun begitu, hasil bagus yang diraih tidak membuat desakan suporter agar Zamparini mundur berhenti mengalir.
(Baca Juga: Belajar Semangat Pantang Menyerah dari Klub Sepak Bola Terburuk)
Markas Palermo, Stadion Renzo Barbera, masih terlihat sepi karena aksi protes dari para tifosi yang gerah dengan kelakuan semena-mena Zamparini.
Zamparini yang sejak lama dikritik karena doyan mengganti pelatih klub, akhirnya merespons dengan menjual seluruh sahamnya di klub tersebut.
Dia sebenarnya sudah mencoba melakukannya pada tahun lalu, namun beberapa masalah membuat proses pergantian kepemilikan urung terwujud.
"Saya sudah memberikan banyak hal, tetapi jelas bahwa usaha saya tidak pernah dipahami," tutur Zamparini dalam perpisahannya.
"Saya adalah Friulian yang berlaku baik, di luar aturan-aturan Palermo yang Anda buat. Saya meninggalkan Palermo di posisi puncak, tetapi untuk ini Anda menyakiti saya.
"Membaca bahwa saya adalah orang yang cenderung melakukan kejahatan membuat hati saya penuh dengan kesedihan mendalam," tutup pria berusia 77 tahun itu.
View this post on Instagram
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | transfermarkt.com, football-italia.net, FoxSports.com |
Komentar