"Hal ini akan menciptakan kesenjangan yang lebih besar antara liga-liga yang mendapatkan keuntungan dari sepak bola Eropa dan bagi mereka yang tidak," ucapnya.
Tebas juga berpendapat bahwa isu paling krusial yang sejauh ini diabaikan adalah menyangkut masa depan klub dalam jangka panjang.
Di antaranya adalah jadwal pertandingan, hak siar, pembagian pendapatan, dan keseimbangan kompetitif di liga domestik.
Distribusi pendapatan yang tepat antara klub yang tampil di kompetisi Eropa dan yang tidak akan mendorong iklim persaingan yang seimbang bagi kompetisi domestik.
Hal ini untuk menghindari dana berlebih yang dialokasikan untuk partisipan Liga Champions dibandingkan klub-klub lain di negara mereka masing-masing.
Selain itu juga untuk menghapuskan model koefisien lama yang secara tidak adil memprioritaskan prestasi-prestasi di masa lalu dibandingkan dengan hasil yang dicapai saat ini.
"Melalui diskusi lebih lanjut, model kompetisi sepak bola di Eropa yang lebih inklusif dan demokratis dapat diciptakan, sehingga dapat menghasilkan stabilitas ekonomi dan keseimbangan kompetitif dari liga-liga nasional," sambung Tebas.
"Hal ini merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi saat ini di seluruh benua, dan apabila hal ini tidak ditangani secara tepat, maka akan timbul konsekuensi yang merugikan untuk jangka waktu yang panjang," ucapnya memungkasi.
(Baca Juga: Bukan Liga Super Eropa, Ini Kompetisi Baru yang Bakal Dibikin UEFA)
Sementara itu, Liga Europa 2 menurut rencana akan memiliki partisipan 32 klub dari liga-liga berperingkat rendah.
Dengan adanya kompetisi ini, maka tim yang akan bermain di kompetisi antarklub Eropa menjadi 96 dari yang semula 80.
Penyesuaian jumlah partisipan akan dilakukan di kompetisi Liga Europa dari yang semula 48 tim menjadi 32 tim di babak penyisihan grup.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | BolaSport, com |
Komentar