Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Problem Skema dan Coba-Coba Italia di Era Gien Piero Ventura

By Kamis, 9 November 2017 | 16:40 WIB
Ekspresi pelatih tim nasional Italia, Gian Piero Ventura, saat memperhatikan pemainan timnya menghadapi Liechtenstein dalam laga Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2018 di Stadion Dacia Arena, Udine, Italia, pada 11 Juni 2017.
MARCO BERTORELLO / AFP
Ekspresi pelatih tim nasional Italia, Gian Piero Ventura, saat memperhatikan pemainan timnya menghadapi Liechtenstein dalam laga Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2018 di Stadion Dacia Arena, Udine, Italia, pada 11 Juni 2017.

Menjadi suksesor Antonio Conte seolah merupakan pekerjaan natural bagi Gian Piero Ventura. Setelah sukses melanjutkan kinerja bagus Conte di Bari, Ventura kini tampak mengalami kesulitan mewarisi tugas sang junior sebagai arsitek Gli Azzurri.

Penulis: Sem Bagaskara

Ketika ditanya soal inspirasi terbesar dalam melatih, Conte menyebut sejumlah nama. Arrigo Sacchi memukau Conte lewat pemahaman taktiknya.

Terkait manajemen ruang ganti, pelatih yang kini menukangi Chelsea itu mengapungkan nama Marcello Lippi dan Carlo Ancelotti.

Eugenio Fascetti dan Carlo Mazzone lantas disebut Conte sebagai yang terbaik dalam membaca permainan dari area teknik.

Sebenarnya ada satu nama lagi yang sangat menginspirasi Conte. Figur tersebut adalah Ventura.

Pada awal kariernya, Conte sangat suka menggeber formasi 4- 4-2, yang dalam situasi menyerang bertransformasi menjadi 4-2-4.

Skema tersebut sangat identik dengan Ventura.

"Saya melatih Bari setelah Conte mempersembahkan titel Serie B 2008/09 dan semua orang di sana sangat mencintainya. Conte adalah jimat keberuntungan saya sebab karier saya di Bari berjalan bagus dan kami mencapai sesuatu yang penting," kata Ventura soal pengalamannya menjadi suksesor Conte di kursi pelatih Bari pada musim panas 2009.

Serie A 2009/10, yang notabene merupakan musim pertama Ventura bersama Bari, berjalan luar biasa.

Berbekal skema 4-2-4, klub beralias Il Galletti (Si Ayam Jantan) itu finis di posisi 10 dan mengemas 50 angka, rekor poin tertinggi klub di Serie A.

Catatan penting lain adalah Bari dua kali sukses menahan skuat peraih treble, Inter, dan sempat membekuk Juventus 3-1.

(Baca juga: Daftar 12 Lagu Favorit Lionel Messi, Nomor 1 Sudah Ditonton 1,4 Miliar Kali di Youtube!)

Pujian setinggi langit dilayangkan untuk Ventura karena ia juga menemukan duet palang pintu muda potensial, Andrea Ranocchia dan Leonardo Bonucci.

"Ventura adalah motivator hebat dan sangat bagus saat bekerja bersama pemain muda," kata Bonucci.

Identitas Ventura sebagai inovator dan figur ayah yang bijak bagi pemain belia membawanya ke kursi pelatih tim nasional Italia pada musim panas 2016.

Sosok yang ia gantikan tak lain adalah Conte, yang pergi menukangi Chelsea. Ventura diharapkan bisa menjadi agen perubahan, menghadirkan penyegaran, sekaligus peremajaan.

Italia arahan Conte pergi ke Euro 2016 dengan membawa skuat yang miskin talenta.

Ditilik dari aspek teknik, banyak orang menyebut itulah tim terburuk Gli Azzurri yang dikirim berlaga di sebuah turnamen besar dalam rentang 25 tahun terakhir.

Senatori

Di luar dugaan, Italia bisa melaju sampai perempat final dan hanya tersingkir karena kalah adu penalti dari Jerman.

Skema 3-5-2 ala Conte menyajikan kesolidan dan menutupi kekurangan Italia dalam aspek teknik. Apa yang diwariskan Conte awalnya tak mau banyak diutakatik oleh Ventura.

Dalam beberapa laga awal sebagai CT (commissario tecnico) Gli Azzurri, Ventura rutin memakai 3-5-2.

"Awalnya, dengan formasi 3-5-2 yang sering dipakai Conte, mereka bermain bagus. Sejak berganti formasi, Italia menjadi biasabiasa saja," kata gelandang yang mengantar Gli Azzurri menjuarai Piala Dunia 2006, Andrea Pirlo.

Perlahan Ventura memang mulai memakai formasi favoritnya, 4- 2-4.

Semuanya tampak berjalan sesuai keinginan Ventura saat Italia berturut-turut mengandaskan Lichtenstein (4-0), Albania (2-0), dan lagi-lagi Liechtenstein (5-0).

Namun, borok formasi 4-2- 4 akhirnya terlihat ketika Italia dibantai 0-3 oleh Spanyol di Madrid, 2 September silam. Marco Verratti terlihat sangat tak nyaman bermain sebagai jangkar.

Ventura kala itu disebut bunuh diri karena menggeber skema superofensif melawan Spanyol yang dijejali banyak pemain berteknik tinggi.

La Gazzetta dello Sport sempat merilis berita bahwa kapten tim, Gianluigi Buffon, lantas melakukan pertemuan internal dengan para pemain senior lain tanpa mengundang Ventura.

Ditarik kesimpulan bahwa para senatori (pemain senior) ingin agar Ventura meninggalkan 4-2-4 dan kembali ke 3-5-2.

"Ventura memperlakukan laga Kualifikasi Piala Dunia 2018 seperti pertandingan uji coba," kata jurnalis ESPN, Gabriele Marcotti.

(Baca juga: Sejarah Hari Ini, Kreator Taktik Catenaccio Inter Milan Berpulang)

Ventura memang membuka pintu lebar-lebar untuk para muka baru. Kebijakan itu konon juga dipertanyakan para senatori.

Di era Ventura, terdapat 12 nama yang melakukan debut partai resmi bareng Gli Azzurri. Pemilihan pemain menjadi isu yang sensitif.

Ventura dianggap melakukan blunder karena sempat lama menepikan Jorginho, yang bermain bagus bersama Napoli.

Keputusannya untuk membawa serta Roberto Inglese (Chievo) ketimbang Simone Zaza (Valencia) pada awal Oktober silam, juga menimbulkan pertanyaan besar.

Rangkaian keputusan yang terasa berharga sangat mahal mengingat Italia gagal lolos otomatis ke Piala Dunia 2018.

 

Bhayangkara FC dipastikan belum mendapatkan gelar juara Liga 1 2017. Hal itu disampaikan langsung oleh Chief Operation Officer (COO) PT Liga Indonesia Baru, Tigor Shalom Boboy. . Tigor tidak bisa memberikan penjelasan secara detail mengapa Bhayangkara FC belum keluar sebagai juara musim ini. . Padahal di puncak klasemen Liga 1 2017, posisi Bhayangkara FC tidak dapat digeser dari Bali United yang duduk di posisi kedua. . "Bhayangkara FC belum resmi jadi juara," singkat Tigor kepada BolaSport.com dan SuperBall.id, Rabu (8/11/2017). . Tigor hanya mengatakan bahwa status juara Bhayangkara FC tergantung dari banding yang dilakukan Mitra Kukar. . Seperti diketahui, Mitra Kukar mendapatkan hukuman kalah 0-3 dari Bhayangkara FC karena memainkan Mohammed Sissoko. . Padahal Sissoko dilarang memperkuat Mitra Kukar selama dua pertandingan akibat hukuman dari Komisi Disiplin (Komdis) PSSI. . "Masih mungkin ada ajuan banding dari Mitra Kukar," ucap Tigor. . #bhayangkarafc #liga1 #mitrakukar #sissoko #momosissoko

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Bagas Reza Murti
Sumber : BolaSport.com
REKOMENDASI HARI INI

Ini 9 Tips Meraih Impian Menjadi Pemain Sepak Bola Profesional

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Liverpool
12
31
2
Man City
12
23
3
Chelsea
12
22
4
Arsenal
12
22
5
Brighton
12
22
6
Tottenham
12
19
7
Nottm Forest
12
19
8
Aston Villa
12
19
9
Fulham
12
18
10
Newcastle
12
18
Klub
D
P
1
Persebaya
11
24
2
Persib
11
23
3
Borneo
11
21
4
Bali United
11
20
5
Persija Jakarta
11
18
6
PSM
11
18
7
PSBS Biak
11
18
8
Arema
11
18
9
Persita
11
18
10
Persik
11
15
Klub
D
P
1
Barcelona
14
34
2
Real Madrid
13
30
3
Atlético Madrid
14
29
4
Villarreal
13
25
5
Athletic Club
14
23
6
Osasuna
14
22
7
Girona
14
21
8
Mallorca
14
21
9
Real Betis
14
20
10
Real Sociedad
14
18
Klub
D
P
1
Napoli
13
29
2
Atalanta
13
28
3
Inter
13
28
4
Fiorentina
13
28
5
Lazio
13
28
6
Juventus
13
25
7
Milan
12
19
8
Bologna
12
18
9
Udinese
13
17
10
Empoli
13
16
Pos
Pembalap
Poin
1
J. Martin
404
2
F. Bagnaia
388
3
M. Marquez
320
4
E. Bastianini
320
5
B. Binder
183
6
P. Acosta
181
7
M. Viñales
163
8
F. Morbidelli
140
9
F. Di Giannantonio
139
10
A. Espargaro
136