Memperingati Hari Guru Nasional 2017 pada hari Sabtu (25/11/2017), Redaksi BolaSport.com telah memilih 8 pelatih terbaik yang berprofesi sebagai guru sebelum terjun ke dunia kulit bundar.
Dilansir BolaSport.com dari The Guardian, 8 pelatih ini dulunya adalah seorang guru di sekolahan sebelum meraih kesuksesan di dunia sepak bola.
Prestasi Van Gaal sebagai pemain tak mentereng, namun sebagai manajer pelatih berkebangsaan ini telah memenangkan liga di 3 negara yang berbeda.
Van Gaal telah memenangi Eredivisie dengan Ajax Amsterdam, La Liga bersama Barcelona dan Bundesliga bersama Bayern Muenchen. Belum lagi trofi domestik lainnya, trofi Liga Champions, dan trofi UEFA.
Sebelum menjadi pelatih, Louis van Gaal pernah bekerja sebagai guru olahraga selama 12 tahun.
Dalam biografi Van Gaal, sang penulis Maarten Meijer bahkan menulis ,"Jika kamu lihat dia saat latihan, dia masih bertindak seperti guru olahraga, dengan peluit dan teriakannya."
#RinusMichels pic.twitter.com/bCXs13K5l6
— OldFootballPictures (@OldFootball11) November 10, 2017
Jika kamu belum pernah mendengar nama Rinus Michels, ia adalah pelatih yang mengantarkan Belanda mencapai final Piala Dunia 1974 dan memenangkan Piala Eropa 1988.
Ia adalah orang dibalik nama-nama besar Belanda seperti Marco van Basten dan Ruud Gullit. Ia juga memenangkan trofi untuk Ajax, Barcelona dan Koeln.
Pada 1960-an aia adalah seorang guru olahraga untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Itu adalah pekerjaaannya sebelum ia ditunjuk sebagai pelatih Ajax.
(Baca juga: Kisah Dongeng Oestersunds, dari Kasta Keempat di Swedia ke Fase Grup Liga Europa)
3. Guus Hiddink
Guus Hiddink tak memperoleh pekerjaan sebagai pelatih hingga 1987, ketika ia ditunjuk sebagai pelatih PSV Eindhoven dan memenangkan 3 musim berturut-turut Eredivisie dan 3 Piala Liga Belanda.
Sebelum itu, ia adalah seorang guru olahraga untuk anak-anak bermasalah antara 1970-1980.
"Saya rasa saya juga masih bekerja dengan anak-anak yang sulit dibesarkan," ujarnya dalam biografi.
4. Roy Hodgson
Roy Hodgson menjadi guru di Alleyn's School di Dulwich pada awal 1970-an saat bermain untuk Ashford Town, tetapi dia segera meninggalkan pekerjaan setelah menandatangani kontrak dengan Berea Park FC di Afrika Selatan.
Salah seorang muridnya bernama Musallam berbicara kepada Croydon Advertiser pada 2012.
"Ketika itu, ada klub Swedia bernama Halmstads. Ada sebuah foto dengan manajernya dan itu terlihat seperti Mr. Hodgson. Ketika saya menyadari itu dirinya, saya sempat tak percaya,"ujarnya.
Kini Roy Hodgson melatih klub Premier League Crystal Palace setelah menggantikan Frank de Boer pada September lalu.
5. Udo Lattek
Torsdagstrænere
Udo Lattek - Vesttyskland
En af de mest vindende trænere i historien
Læs mere om Udo her: https://t.co/WjXai0KMe2 pic.twitter.com/PhjbPPAYzW
— FodboldFessor.dk (@fodboldfessor) November 2, 2017
Latek memenangi trofi untuk Bayern Muenchen, Borussia Monchengladbach dan Barcelona selama karier kepelatihannya, yang sangat panjang dari 1960 hingga 2000. Ia adalah seorang guru Olahraga dan Bahasa Inggris saat bermain di beberapa klub Liga Jerman, termasuk Bayer Leverkusen.
Udo Lattek telah meninggal dunia pada 31 Januari 2015. Pria yang lahir saat Nazi berkuasa ini dimakamkan di Koeln, Jerman.
Pelatih timnas Uruguay mendapat julukan "Guru" bukan tanpa sebab. Ia memulai kariernya sebagai seorang guru olahraga di sekolah dasar sebelum ia ditunjuk sebagai pelatih klub Uruguay Bella Vista pada 1980.
Bersama Uruguay, Tabarez sukse mengantarkan Luis Suarez dkk di peringkat keempat Piala Dunia 2010 dan memnangkan Copa America 2011.
(Baca juga: Bisa Bermain di Piala Dunia Walau Gagal di Kualifikasi, Italia Bukan Kasus Pertama)
7. Paul Clement
Sepak bola ada di darah keluarga Clement. Ayahnya Dave bermain untuk Queens Park Rangers, sementara saudaranya, Neil menjadi legenda di West Brom.
Namun hal tersebut tak berlaku bagi Paul, yang bekerja sebagai guru di usia 23 tahun. Pelatih yang kini mengasuh Swansea ini, kenyang pengalaman menjadi assisten di klub-klub besar seperti Real Madrid dan Paris Saint-Germain.
8. Jose Mourinho
Jose Mourinho menjadi guru olahraga selama awal-awal kariernya setelah belajar Ilmu Keolahragaan.
Ia kemudian menjadi penerjemah untuk Sir Bobby Robson di Sporting, Porto dan Barcelona, sebelum mendapat pekerjaan pertama sebagai pelatih kepala di Benfica pada 2000.
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | theguardian.com |
Komentar