Setelah singgah di Belanda untuk beberapa waktu, tim ‘Indonesia’ melanjutkan perjalanan ke Prancis menggunakan kereta. Mereka berangkat dengan penuh keyakinan berkat modal hasil ciamik dari partai ekshibisi.
Prancis 1938 masih menggunakan sistem sistem gugur seperti dua edisi terdahulu (1930 dan 1934).
Bermodal formasi ofensif 2-3-5, Hindia Belanda menatap duel menghadapi Raksasa Eropa Timur, Hungaria, pada 5 Juni 1938 di Reims.
Apa daya? Hungaria, yang belakangan keluar sebagai runner-up Piala Dunia 1938, ternyata masih terlalu tangguh untuk Hindia Belanda.
Gawang Mo Heng diberondong empat gol tanpa balas sebelum turun minum.
(Baca juga: Meski Gagal, Hal Ini Bikin Pep Guardiola Tak Sesali Lepas Alexis Sanchez)
Gol pertama Hungaria tercipta pada menit ke-14 melalui sepakan Vilmos Kohut, disusul Geza Toldi (16’), Gyorgy Sarosi (25’), dan Gyula Zsengeller (30’).
Hindia Belanda menerima gempuran terus-menerus selama 90 menit.
“Negara ini agresif dan berjuang penuh semangat. Semua orang relatif kecil, tapi memiliki karakter pemain unik. Yang terpenting ialah mereka belajar mengatur sebuah pertandingan sepak bola internasional.”
Jan Feith, Wartawan De Java Bode yang turut menyaksikan laga Hungaria vs Hindia Belanda di Piala Dunia 1938.
Skor berubah lagi menjadi setengah lusin alias 6-0 di babak kedua setelah Sarosi dan Zsengeller menyarangkan gol tambahan masing-masing pada menit ke-67 dan 88.
Hindia Belanda mesti mengepak koper lebih dini akibat gagal melaju ke babak berikutnya.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | twitter.com |
Komentar