Dikutip BolaSport.com dari acara BBC's World Football Lindsey menjelaskan, para pemain yang bertahan sering mendapat ancaman kekerasan.
"Tak mudah untuk berlatih. Para pemain sering diludahi, dilempar batu, dan terkadang ada bom dalam perjalanan mereka," jelas Lindsey.
"Sangat penting buat para wanita di luar (Afghanistan) untuk mengetahui bahwa kondisi ini nyata. Ini bukan dongeng. Mereka melewati jalan seperti itu setiap hari,' tambahnya.
(Baca Juga: Lewat Adu Penalti, Madura United Kembali Tumbang dari Persebaya)
Meski sudah tak ada perang, tapi keamanan di Afghanistan memang belum meyakinkan.
Menurut hasil studi BBC terakhir, pejuang Taliban menguasai 70 persen wilayah.
Mereka sangat berpengaruh terhadap 15 juta penduduk atau separo dari populasi Afghanistan.
Emansipasi wanita Afghanistan sering kali berbenturan dengan Taliban.
"Jika wanita bermain sepak bola, ayahnya, saudara laki-lakinya, pelatihnya, ibunya akan divonis (negatif) oleh masyarakatnya," jelas Lindsey.
"Khalida Popal, direktur program kami yang juga saudara laki-lakinya, ditusuk hingga hampir mati karena membiarkan dia (Khalida) bermain sepak bola," lanjutnya.
Editor | : | Hery Prasetyo |
Sumber | : | bbc.com bolasport.com |
Komentar