Keyakinan tersebut ialah bahwa mereka tidak hanya mampu bersaing di tingkat regional Asia. Menurut Dedi, pengajaran sepak bola di Eropa dan belahan dunia lain mereka rasakan.
"Walau mereka berasal dari desa tetapi saya yakin betul mereka ini bisa. Cristiano Ronaldo itu anak Madeira, itu daerah terpencil di Portugal, ternyata bisa kok. Anak-anak ini juga bisa,” katanya bersemangat.
Sementara itu, Manajemen Akademi ASAD Jaya Perkasa Purwakarta menyetujui rencana Dedi Mulyadi.
Manajer ASAD, Habib Alwi Hasan Syu’aib, mengatakan, pilihan menuju Sporting Lisbon sudah tepat.
Dia menyebut bahwa Lisbon lebih produktif menelurkan pemain dibanding akademi lain.
"Kalau boleh menilai, Lisbon itu setara Ajax Amsterdam, Partizan Belgrade, dan Dinamo Zagreb. Itu lebih produktif dibanding La Masia milik Barcelona dan Madrid Castilla milik Real Madrid," katanya.
(Baca Juga: Striker Baru Atletico Madrid dari AC Milan Ini Akui Bakal Kesulitan untuk Dapat Kesempatan Tampil)
Alwi mengatakan, hampir di semua kompetisi papan atas Eropa, selalu ada pemain lulusan Akademi Lisbon.
Beberapa di antaranya bahkan sukses meraih Ballon d’Or, penghargaan tertinggi sepakbola dunia.
"Itu CR7 dan Luis Figo contohnya, mereka berdua alumnus Lisbon. Kami punya target seluruh skill anak ASAD bisa digunakan untuk timnas U-19. Jenjangnya meningkat dari U-16," katanya.
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |
Sumber | : | kompas.com |
Komentar