Sepak bola lokal di Mauritius tak selalu memberikan dampak positif, bahkan di luar negara tersebut sepak bola Mauritius lebih dikenal karena hal-hal negatif.
Timnas Indonesia akan melawan Mauritius di laga uji coba yang dihelat di Stadion Wibawa Mukti, Selasa (11/9/2018) pukul 16.00 WIB.
Sebelum laga tersebut, banyak pertanyaan dari publik Indonesia mengenai persepak bolaan Mauritius.
Hal yang wajar karena kita bahkan jarang mendengar nama negara yang berasal dari benua Afrika tersebut.
(Baca juga: Timnas Italia Alergi Cetak 2 Gol dalam 1 Laga)
Mauritius adalah sebuah negara kepulauan di timur Madagaskar di Benua Afrika. Berada di Samudera Hindia, Mauritius memiliki penduduk kurang dari dua juta orang.
Lalu bagaimana dengan keadaan sepak bola lokal Mauritius?
Sepak bola adalah olahraga paling populer di Mauritius.
Liga Mauritius sudah bergulir sejak 1935 dan kasta teratas liga tersebut diikuti oleh 10 klub.
Kasta kedua dan ketiga masing-masing memiliki delapan klub ditambah tim nasional U-17 dan U-20 yang juga ikut berkompetisi.
Fire Brigade SC dan FC Dodo jadi pemegang sejarah dengan masing-masing memiliki 13 gelar Liga Mauritius.
Akan tetapi, liga lokal Mauritius tak begitu diminati oleh masyarakat mereka sendiri.
(Baca juga: Pembuktian dan Pembalasan Dendam Andre Silva kepada Italia)
Dilansir BolaSport.com dari BBC, fan lebih senang mengikuti liga di benua Eropa seperti Liga Inggris.
Media lokal lebih banyak memberitakan tentang Liga Inggris dibanding liga negara mereka sendiri.
Bahkan bank lokal pernah memberikan tawaran khusus untuk penggemar Manchester United dan Liverpool, bunga akun mereka bisa bertambah tergantung kemenangan yang diraih oleh tim yang didukung.
Kesenangan masyarakat ini disinyalir salah satunya karena buruknya kualitas liga lokal.
Klub di Mauritius berkembang bersama dengan perbedaan etnis dan agama di sana.
Hal ini menjadikan persaingan sepak bola lokal sangat panas dengan isu-isu etnis dan agama yang selalu ada di luar pertandingan. Puncaknya adalah pada tahun 23 Mei 1999.
.@wwwlexpressmu Barclays Mauritius Premier League is born! #football pic.twitter.com/PHLZKb5WrE
— Sachi Virahsawmy (@sachijohnnie) October 26, 2014
(Baca juga: Roberto Mancini Tak Terlalu Peduli Andai Timnas Italia Terdegradasi)
Akhir kontroversial dari laga Fire Brigade yang menang atas juara Liga Mauritius, Scouts Club, membuat kerusuhan antar-suporter pecah.
Ratusan fan Scouts mengamuk, membakar lahan pertanian, menyerang mobil polisi, bahkan melempar bom molotov ke dalam kasino dalam kerusuhan yang terjadi hingga tiga hari lamanya.
Tujuh orang dilaporkan terbakar hidup-hidup karena bom tersebut. Dua dari tujuh orang yang meninggal adalah anak-anak.
"Sepak bola terhenti selama delapan bulan dan pemerintah kemudian melarang klub bola jadi representasi etnis-etnis yang ada di Mauritius," ujar Yasine Mohabuth, seorang jurnalis lokal.
Di Mauritius, klub-klub sepak bola ini memang menjadi representasi masyarakat Hindu, Islam, Etnis Creole, dll.
#Mauritius vs #Mauritania football match about to ko via @Rosh_Choony : pic.twitter.com/rFiN5XPj5k
— LSL Digital (@lsldigital) April 20, 2014
(Baca juga: Gagal Menang Lagi, Catatan Terburuk Timnas Italia dalam 35 Tahun)
Scouts Club contohnya, klub ini memiliki basis suporter dari penduduk beragama islam.
Dari sensus memang menunjukkan bahwa Mauritius memiliki banyak agama dan etnis.
Dari agama misalnya, 48,5 persen beragama Hindu, 32,7 persen Kristen, dan 17,3 persen beragama Islam.
Kerusuhan ini pula yang mengakibatkan liga luar seperti Liga Inggris kini makin merajai pasar sepak bola di Mauritius.
Setelah kerusuhan tersebut, pemerintah melarang aktivitas sepak bola selama 18 bulan, kecuali untuk tim nasional.
Founded in the year 2000 Pamplemousses SC win their 4th Mauritius Premier League title, in their 17 year old history. pic.twitter.com/B6t3CO0F98
— African Soccer Updates (@Africansoccerup) June 19, 2017
(Baca juga: Pep Guardiola Akan Bajak Target Transfer Barcelona)
Liga Mauritius berbenah, contohnya seperti mengubah nama klub: Fire Brigade SC menjadi Pamplemousses SC dan Scouts Club menjadi Port Louis SC untuk mengubah wajah sepak bola mereka.
Kini klub didirikan atas asal daerah, bukan lagi untuk jadi representasi agama maupun etnis.
Meski hal ini membuat kerusuhan bisa ditekan, akan tetapi hal itu juga sekaligus menghilangkan sejarah rivalitas yang membuat fan enggan menonton sepak bola lokal.
Di sana, stadion kebanyakan berkapasitas tak sampai 5.000 penonton. Hanya Stadion Anjalay yang memiliki kapasitas 18 ribu orang.
Tim nasional kebanyakan memainkan laga di Stade George V dengan kapasitas 6.200 penonton dengan Stadion Anjalay hanya untuk laga-laga penting saja.
Tim nasional Mauritius memiliki julukan Club M atau Les Dodos dan tak begitu sukses di kancah internasional.
Mereka hanya juara dua kali di Indian Ocean Games (1985 dan 2003) dan lolos ke Piala Afrika satu kali pada 1974.
Peringkat FIFA tertinggi mereka adalah 112 pada Desember 1992 dan terendah yaitu 203 pada November 2012.
Kini berperingkat 155 FIFA, Mauritius mengenakan warna merah sebagai kostum utama dan putih sebagai seragam tandang.
Editor | : | Taufan Bara Mukti |
Sumber | : | bbc.co.uk |
Komentar