Setidaknya ada lima hal yang bisa kita pelajari dari laga timnas Indonesia melawan Singapura pada Piala AFF 2018.
Timnas Indonesia mengawali langkah di Piala AFF 2018 dengan bertandang ke kandang Singapura, Jumat (9/11/2018).
Pada laga timnas Indonesia kontra Singapura ini, laga berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan tuan rumah.
Setidaknya ada lima hal yang bisa kita pelajari dari laga Indonesia melawan Singapura.
(Baca Juga: Dilema Eden Hazard, Nostradamus, dan Impian Real Madrid)
Mulai dari matinya sayap-sayap Indonesia, tak ada taktik cadangan, hingga emosi yang masih belum terkontrol.
BolaSport.com coba merangkum lima hal tersebut:
1. Sayap-sayap Tak Bisa Terbang
Sayap adalah kekuatan utama timnas Indonesia saat ini, hal yang benar-benar tak berkembang saat melawan Singapura.
Singapura dengan sigap memberikan tekanan langsung saat Indonesia memulai serangan lewat bek sayap dan pemain sayap yang membuat Indonesia seperti kehilangan arah.
Hal ini terlihat dari presentase umpan sukses sayap Indonesia yang bisa dibilang buruk.
Mulai dari Putu Gede (79%), Rizky Pora (65%), Febri (60%), Irfan Jaya (80%), hingga Riko SImanjuntak (74%) tak bisa benar-benar mengembangkan permainan mereka.
2. Mesin Tak Berjalan
Saat sistem permainan dari sayap tak berjalan, lini tengah Indonesia harusnya jadi motor penggerak tim dan memulai dari lini tengah.
Akan tetapi hal itu tak berjalan karena taktik Singapura yang menumpuk pemain di lini tengah.
Jarak antar lini timnas Indonesia jadi sangat jauh dan sulit mengembangkan permainan.
Meski memiliki pengausaan bola yang lebih tinggi dari tuan rumah, 62 persen berbanding 38 persen, hal itu tak mencerminkan bagaimana Indonesia kesulitan membangun serangan.
Evan Dimas dan Zulfiandi serta Stefano Lilipay tak bisa berkutik dengan penjagaan ekstra ketat dari para pemain Singapura.
3. Mental Perlu Diasah
Para pemain Indonesia tampak grogi, terutama saat awal-awal laga.
Hal yang sebenarnya wajar mengingat mereka berlaga di kandang lawan.
Akan tetapi hal ini kemudian membuat para pemain tak tenang ketika menguasai bola.
Bek Indonesia lebih sering membuang bola secara langsung yang kemudian bisa diambil kembali oleh pemain Singapura.
Mental bertanding timnas Indonesia yang sebagian besar berisi pemain muda sepertinya masih perlu diasah di kandang lawan.
Baca Juga:
- Arti Spesial Nomor Punggung 400 Cristiano Ronaldo
- Dua Kali Inter Milan Coba Beli Lionel Messi dari Barcelona
- Santiago Solari, Montir Real Madrid yang Perbaiki 3 Kebobrokan
4. Miskin Taktik
Sudah lama Indonesia bermain dengan formasi 4-2-3-1 ala Luis Milla.
Hal ini seperti sudah menjadi pakem, yang justru kemudian bisa dipelajari oleh lawan.
Dalam pertandingan lawan Singapura, pelatih Bima Sakti sama sekali tak mengubah hal tersebut hingga akhir laga.
Hal ini terjadi entah karena Bima tak berani atau memang Indonesia tak punya rencana B.
Dua pergantian dilakukan sama sekali tak mengubah taktik dan satu pergantian dilakukan karena cedera.
5. Emosi Belum Terkendali
Seperti sudah menjadi kebiasaan melihat para pemain timnas Indonesia terpancing emosi di menit-menit akhir laga ketika posisi tertinggal.
Hal ini juga kembali terlihat saat kontra Singapura.
Kartu merah yang diterima Putu Gede seperti hanya jadi sedikit gambaran mengenai emosi timnas Indonesia yang belum terkendali.
Pelatih Bima Sakti dan tim sepertinya harus segera membenahi hal ini andai tak ingin hal tersebut etrus terjadi dalam jangka waktu yang lama.
(Baca juga: 5 Incaran Barcelona untuk Gantikan Luis Suarez)
Editor | : | Thoriq Az Zuhri Yunus |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar