Namun, Bima Sakti tak bisa sepenuhnya disalahkan karena dia ditunjuk menjadi pelatih oleh PSSI dalam waktu singkat setelah gagal menggaet kembali Luis Milla.
Yang perlu dilakukan Bima Sakti sekarang adalah tetap dengan kepala tegak bersama para pemain Timnas Indonesia demi meraih kebanggaan yang mungkin masih tersisa di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, saat menjamu Filipina.
Ada satu hal yang barangkali bisa ditiru Bima Sakti dari Keisuke Honda, maestro muda Kamboja saat ini.
Keisuke Honda baru berusia 32 tahun, lebih muda 10 tahun dari Bima Sakti.
Namun, bintang Jepang yang pernah bersinar di Eropa itu berani memancarkan keyakinan kepada para rakyat Kamboja, khususnya timnas mereka.
Ketika dipercaya menjadi pelatih Timnas Kamboja pada Agustus 2018, padahal masih berstatus pemain Melbourne Victory, Keisuke Honda menjanjikan perubahan di tengah harapan yang terbarukan.
Di Piala AFF 2018, melalui kemenangan 3-1 atas Laos, Selasa (20/11/2018), tampaknya Keisuke Honda memenuhi janjinya.
Gol-gol dari Chan Vathanaka, Prak Mony Udom, dan Keo Sokpheng memberi Kamboja kemenangan pertama dalam turnamen itu sejak 2002, yang langsung membawa para penggemar di Stadion Olimpiade, Phnom Penh ke euforia mendadak.
Para Pejuang Angkor (The Angkor Warriors) memang telah tersingkir dari pertempuran, tapi ada banyak hal positif yang dapat dipetik dari penampilan mereka di Piala AFF 2018.
Keisuke Honda berpendapat, para pemain Kamboja tak boleh berkutat pada masa lalu, tetapi harus terus berusaha mencari cara meningkatkan diri, termasuk dalam perjalanan ke Vietnam untuk melakoni laga terakhir Piala AFF 2018, Sabtu (24/11/2018).
"Saya bangga kepada para pemain, tapi tak ingin bangga atau sedih hanya berdasarkan hasil," ucap Keisuke Honda, sebagaimana dikutip BolaSport.com dari AFFSuzuki.com.
Editor | : | Taufik Batubara |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar