FERI SETIAWAN/BOLASPORT.COM
Ekspresi pemain timnas Indonesia; Zulfiandi, Dedik Setiawan, Ricky Fajrin, Stefano Lilipaly, Riko Simanjuntak, serta I Putu Gede Juni Antara (dari kiri ke kanan) sesuai laga kontra timnas Filipina pada laga pamungkas fase grup Piala AFF 2018 di SUGBK, Minggu (25/11/2018).
Berikut bukti blunder AFC memasukkan nama Indonesia dalam unggahan Twitter mereka:
MALAYSIA MENAHAN IMBANG THAILAND
Pemain timnas Malaysia , Shahrel Fikri Fauzi berduel dengan Vietnam di Stadion My Dinh, Hanoi pada Jumat (16/11/2018).(twitter.com/FAM_Malaysia)
Pada unggahan tersebut, timnas Malaysia ditahan imbang tanpa gol oleh Thailand pada leg pertama babak semifinal Piala AFF 2018 .
Bermain di Stadion Bukit Jalil, Tim Negeri Jiran yang bertindak sebagai tuan rumah gagal menjebol gawang Thailand.
Hasil imbang itu menjadi keuntungan bagi Thailand yang akan bertugas menggelar leg kedua di Stadion Rajamangala, Bangkok.
(Baca Juga: Kata Presiden PSMP Saat Ditanyai soal Dalang Match-fixing Vigit Waluyo )
Kemenangan tipis 1-0 sudah cukup untuk mengantarkan Negeri Gajah Putih kembali ke partai final Piala AFF 2018 .
Sementara laga semifinal lainnya antara tuan rumah Filipina melawan Vietnam baru akan digelar pada Minggu (2/12/2018).
View this post on Instagram
Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on Nov 30, 2018 at 10:05pm PST
Komentar