Tim pelajar Indonesia U-15 menutup langkah di Piala Gothia China 2017 dengan medali perunggu.
Laporan langsung Andrew Sihombing dari Shenyang, China.
Hasil ini dipastikan setelah tim asuhan Encang Ibrahim kalah tipis 0-1 dari wakil Uzbekistan, Bunyodkor FC, pada Jumat (18/8).
Pertarungan sore itu berlangsung sengit dengan kedua tim saling bertukar serangan.
Adapun gol Bunyodkor tercipta di menit ke-18 setelah memaksimalkan bola umpan silang dari sektor kanan pertahanan tim pelajar Indonesia U-15.
Skor 1-0 bertahan hingga turun minum.
“Bola jatuh di antara dua pemain bertahan. Ada miskomunikasi dengan kiper sehingga bola itu bisa diserobot penyerang lawan yang datang dari belakang,” kata pelatih kiper, yang mantan penjaga gawang PSM serta Persikota Tangerang, Rolly Yasin, kepada BolaSport.com.
Di babak kedua, alur serangan lebih didominasi oleh tim pelajar Indonesia U-15.
Namun, Mochammad Supriadi cs. tak kunjung berhasil mencetak gol balasan kendati tim lawan bermain dengan 10 orang pada periode ini.
“Mental anak-anak mungkin sempat goyang setelah mendengar lawan mereka itu sebelumnya menang telak 19-0 di perempat final. Padahal, semestinya tidak perlu seperti itu. Buktinya, anak-anak bisa menekan tim lawan setelah berhasil menguasai diri dan emosi mereka sendiri,” kata penanggung jawab tim pelajar Indonesia U-15, Dani Iskandar.
Protes
Pada pertandingan tersebut, tim pelajar Indonesia U-15 sempat mengajukan protes terhadap pelanggaran yang dilakukan tim lawan.
Kiper Bunyodkor kedapatan memakai sepatu dengan pul besi. Hal ini melanggar regulasi pertandingan di Gothia China 2017.
Ketika itu, wasit yang memimpin pertandingan hanya menginstruksikan sang kiper mengganti sepatu.
Saat hal ini dikonfrontasi di akhir laga, sang pengadil mengelak dengan mengatakan justru kiper Bunyodkor yang meminta pergantian karena tak nyaman dengan sepatunya.
Namun, wasit tak bisa berkata apa pun setelah foto-foto Bolasport.com memperlihatkan dengan jelas bahwa sang kiper memakai sepatu dengan pul besi.
Berbekal foto itu pula ofisial tim pelajar Indonesia U-15 mengajukan protes resmi kepada panitia turnamen.
“Kami protes berdasarkan aturan dan apa yang kami lihat di lapangan. Kalaupun tidak mengubah hasil akhir, ya tidak apa-apa. Hanya, yang disayangkan adalah bahwa dalam regulasi tidak ada kejelasan soal sanksi yang dijatuhkan terhadap pelanggaran seperti itu,” tutur Dani.
Selang beberapa jam, tim pelajar Indonesia U-15 menerima informasi bahwa protes dimenangkan oleh komite pertandingan Gothia China 2017.
Hanya, anggota komite, Tondo, juga menyatakan bahwa hasil akhir tak bisa diubah dan tim pelajar Indonesia U-15 harus puas dengan medali perunggu dengan status peringkat tiga bersama dengan tim asal Inggris, Bath&Wilshire.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar