Pernahkah Anda melihat lebih dari seribu anak bermain bola pada saat bersamaan di satu stadion?
Itulah yang terjadi dalam sesi coaching clinic Bhayangkara Papua Football Festival 2017 di Stadion Mandala, Jayapura, pada Kamis (14/12).
Tepatnya sebanyak 1.030 anak Papua berusia di bawah 12 tahun mengikuti materi klinik kepelatihan yang diberikan oleh eks bek timnas yang juga Direktur Teknik Bhayangkara FC, Yeyen Tumena.
Juga hadir eks kapten timnas Firman Utina, mantan gelandang timnas dan Persija, Imran Nahumaruri, serta pemain Bhayangkara FC, Jajang Mulyana.
Museum Rekor Indonesia (MURI) pun mencatat rekor tersebut sebagai Coaching Clinic dengan Jumlah Peserta Terbanyak.
“Semua melihat memang banyak sekali peserta yang mengikuti coaching clinic ini,” kata Triyono, perwakilan MURI kepada BolaSport.com.
(Baca Juga: Kapolda Papua Ingin Pemain Potensial Makin Bersinar pada Masa Depan)
Menurut Triyono, belum pernah ada klinik kepelatihan dengan jumlah peserta sebanyak pada dalam kegiatan yang digelar Bhayangkara Papua Footbal Festival 2017 tersebut.
“Selain memenuhi unsur superlatif, coaching clinic ini juga dicatat dalam rekor MURI karena memenuhi unsur manfaat. Artinya, kegiatan itu memang memberi efek positif terhadap orang lain,” kata Triyono.
Di sisi lain, ini sekaligus memberi sinyal bahwa masa depan sepak bola Papua hanya akan semakin cerah.
Hal tersebut bukan cuma karena banyaknya peserta coaching clinic di Stadion Mandala tersebut.
Papua tak pernah kekurangan bibit pesepak bola. Seperti kata Kapolda Papua, Boy Rafli Amar: “Kita tahu anak-anak Papua gemar sekali bermain bola. Hingga ke kampung-kampung, mereka sangat antusias.”
Masalahnya, antusiasme bocah-bocah Papua tak diiringi dengan pembinaan usia dini yang ideal.
(Baca Juga: Bhayangkara Papua Football Festival 2017 - Catatkan Rekor MURI Peserta Terbanyak)
Perbaikan pada faktor terakhir inilah yang kini menjadi misi Bhayangkara FC, klub Liga 1 yang menginisiasi gelaran Bhayangkara Papua Football Festival 2017.
Bhayangkara FC tak cuma menggelar coaching clinic, namun juga membentuk Bhayangkara Papua Football Academy.
Selain di Papua, yang merupakan pilot project, akademi serupa diniatkan akan berdiri di seluruh wilayah Indonesia.
“Yang pertama membuat kurikulum secara keseluruhan. Selanjutnya akan digelar workshop bagi pelatih di setiap akademi yang akan didirikan. Pelatih Bhayangkara akan datang ke daerah atau mungkin akan dipusatkan di Jakarta dengan memanggil mereka,” tutur Yeyen.
Tanpa pembinaan yang ideal saja, talenta Papua telah mengharumkan sepak bola nasional sedemikian lama.
Tentu pembaca bisa membayangkan apa jadinya bila mereka dipoles dalam pembinaan yang ideal sedari dini, bukan?
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar