Persib Bandung mengalami kekalahan dari rival klasiknya, PSMS Medan, dengan skor 0-2 di laga Grup A Piala Presiden 2018, Minggu (21/1/2018).
Kekalahan ini cukup menjadi kejutan mengingat tuan rumah lebih diunggulkan dalam laga tersebut.
Selain faktor dukungan total bobotoh, level kebintangan para pemain Maung Bandung lebih menggigit dibanding Tim Ayam Kinantan.
Namun, ternyata benarlah bahwa pertandingan sepak bola bukan matematika atau ilmu pasti.
(Baca Juga: Tangan Dingin Djadjang Nurdjaman Buat PSMS Sukses Bungkam Persib di GBLA)
Adalah tim tamu yang akhirnya berpesta lewat dua gol sebelum turun minum melalui Frets Butuan dan Antoni Putro Nugroho.
Baik pelatih Roberto Carlos Mario Gomez dan seluruh pendukung Persib mestinya geregetan dengan hasil akhir pertandingan tersebut.
Betapa tidak, Atep cs. sebenarnya jauh mendominasi pertandingan dan menciptakan banyak peluang.
Hanya, bila mencermati statistik berikut ini, cukup bisa dipahami alasan di balik kekalahan Persib, yakni sebagai berikut:
1. Dominasi tak berkutik di hadapan permainan lugas
Persib Bandung betul-betul mendominasi pertandingan pada laga yang berlangsung di Gelora Bandung Lautan Api tersebut.
Tingkat penguasaan bola Pangeran Biru mencapai 59 persen, berbanding 41 persen milik PSMS Medan.
Pemain tuan rumah melakukan total 341 operan dengan 245 (71 persen) di antaranya akurat. Bandingkan dengan PSMS Medan, yang melakukan hanya 240 operan dengan cuma 166 (69 persen) yang tepat sasaran.
Namun, dominasi tuan rumah nyatanya tak berkutik di hadapan kelugasan tim asal Kota Medan tersebut.
Pemain PSMS tak pernah mau ambil risiko ketika bola sudah mulai memasuki daerah pertahanan mereka.
Hal ini terlihat dari catatan 35 sapuan yang dilakukan M. Robby dkk. sepanjang pertandingan. Angka itu masih ditambah dengan 12 keberhasilan memotong operan pemain Persib.
PSMS juga tercatat melakukan 18 pelanggaran sepanjang 90 menit. Lima kartu kuning dikeluarkan wasit buat pemain tim tamu.
Hanya, kecenderungan bermain lugas ini bukan berarti PSMS Medan tak mampu menyerang. Tim Ayam Kinantan tercatat melepas 10 tembakan (6 di antaranya tepat sasaran). Hanya, jumlah ini memang kalah dari 17 tembakan Persib.
Bek tengah PSMS asal Brasil, Reinaldo Lobo, betul-betul menjadi karang tangguh di jantung pertahanan PSMS Medan.
Pemain bertinggi 186 sentimeter tersebut sukses meredam gelombang serangan Persib.
Reinaldo Lobo memenangi 1 dari 2 duel udara yang dilakoninya sepanjang laga.
Sebanyak 4 dari 6 tekel yang dilancarkan eks Penang FA ini juga berhasil menyetop serangan Persib.
Lobo juga tercatat melakukan 18 sapuan, 2 intersep, serta 1 hadangan.
3. Kecemerlangan Abdul Rohim di bawah mistar PSMS
Ketika PSMS berhasil memenangi laga final Perserikatan 1983 dan 1985 melawan Persib, adalah kiper Ponirin Meka yang menjadi bintang pertandingan.
Minggu (21/1/2018), adalah kiper Tim Ayam Kinantan juga yang layak didaulat sebagai bintang lapangan.
Dialah Abdul Rohim, penjaga gawang kelahiran Kampung Banjar, Kota Aek Kanopan, Sumatera Utara.
Lelaki 25 tahun ini bisa menyelamatkan gawangnya dari 7 tembakan tepat sasaran yang dilancarkan Persib.
Penampilannya tetap prima kendati harus mengalami cedera di pelipis kanan yang membuatnya bermain dengan kepala dililit perban.
4. Buruknya umpan silang Persib
Gelombang serangan Persib tak cuma berasal dari sektor tengah, tetapi juga lewat kedua sisi lapangan.
Berkali-kali Persib bisa mengancam lewat pergerakan dari wilayah pinggir lapangan.
Tetapi, metode serangan ini mentok akibat buruknya akurasi operan silang pemain tuan rumah.
Perusahaan statistik Labbola mencatat hanya 9 dari total 39 crossing Persib yang tergolong berhasil alias cuma 23 persen.
5. Jajang Sukmara dan Djadjang Nurdjaman
Jajang Sukmara dan Djadjang Nurdjaman boleh jadi punya senyum yang mengembang paling lebar di akhir pertandingan.
Jajang Sukmara tampil prima saat menghadapi mantan timnya tersebut.
Jasuk, sapaan Jajang Sukmara, tercatat melakukan 8 tekel dengan 7 di antaranya berhasil menghentikan bola. Level akurasi operannya juga cukup baik, yakni 78 persen (29 berhasil dari total 37 operan).
Di sisi lain, PSMS Medan boleh jadi ketularan tuah sang pelatih, Djadjang Nurdjaman.
Eks komandan Maung Bandung ini memang punya catatan oke setiap kali tampil di Stadion Gelora Bandung Lautan Api.
Di stadion inilah Djadjang Nurdjaman mempersembahkan tiket promosi ke Liga 1 buat Tim Ayam Kinantan.
Sudah 11 kali Djanur, sapaan sang pelatih, memimpin timnya berlaga di stadion ini bersama Persib dan PSMS Medan. Hasilnya, anak asuhan Djanur meraih 7 kemenangan, 3 hasil imbang, dan sekali kalah. Satu-satunya kekalahan itu terjadi di final Liga 2 2017.
Editor | : | Andrew Sihombing |
Sumber | : | BolaSport.com/Labbola.com |
Komentar