Piala Presiden kembali digelar untuk edisi kali ketiga. Turnamen pra-musim ini lahir kala sepak bola Indonesia tengah lumpuh pada 2015 lalu.
Ya, Piala Presiden muncul saat kompetisi sepak bola Indonesia sedang karut marut, muncul dualisme di induk Federasi Sepak bola Indonesia (PSSI). Akhirnya FIFA sebagai induk federasi sepak bola dunia menjatuhkan sanski berat kepada Indonesia dan mengakibatkan seluruh elemen sepak bola tanah air lumpuh total, tak bernadi.
Di tengah kelumpuhan itu, nadi sepak bola Indonesia kembali berdetak. Piala Presiden hadir seperti menghidupkan kembali sepak bola Indonesia setelah mati suri. Ketika itu, turnamen ini hanya menjadi turnamen pengisi kekosongan, tetapi kini menjadi ajang yang ditunggu-tunggu semua klub sebelum Liga Indonesia bergulir.
Perhelatan Piala Presiden 2018 Diikuti oleh 20 tim, terdiri dari 17 tim Liga 1 dan tiga tim Liga 2. Dibagi dalam lima grup dan digelar di lima kota berbeda yakni Bandung, Tenggarong, Surabaya, Gianyar, dan Malang.
Piala Presiden 2018 dibuka di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Bandung, Selasa (16/1/2018). Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi hadir langsung membuka perhelatan tersebut berada di tengah-tengah lautan pendukung Persib Bandung dan Sriwijaya FC.
Laga Grup A mempertemukan tuan rumah Persib Bandung melawan Sriwijaya FC, pertandingan dua tim besar yang berhasil dimenangi dengan skor 2-1 untuk tuan rumah.
Persaingan Sengit Langsung Terjadi di Babak Penyisihan Grup
Langkah terjal dan berliku harus dilalui kontestan Piala Presiden untuk bisa menuju babak delapan besar Piala Prisiden 2018, begitu banyak drama menarik yang endingnya sangat tak terduga.
Grup A menjadi salah satu contoh yang paling seru, bisa dikatakan ini adalah grup neraka dengan berkumpulnya tim-tim legendaris di kancah sepak bola tanah air. Persib Bandung, PSM Makassar, Sriwijaya FC dan satu tim promosi PSMS Medan bertarung di grup ini.
Persib Bandung mengawali kampanye dengan apik, Sriwijaya FC yang kini bertabur bintang berhasil dijungkalkan Persib Bandung dengan skor 2-1. Persib pun langsung digadang menjadi kandidat terkuat untuk lolos ke babak selanjutnya, tetapi kenyataannya PSMS Medan dan Sriwijaya FC menjadi tim yang mampu lolos ke babak 8 besar.
Hal yang sama juga terjadi di grup lain, klub seperti Arema FC dan Persebaya Surabaya harus menunggu sampai detik akhir pertandingan untuk mendapatkan tiket tersisa maju ke babak delapan besar.
Solo Jadi Saksi Kedewasaan Sepak bola Indonesia
Babak 8 besar Piala Presiden 2018 digelar di Stadion Manahan, Solo, kota kelahiran Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Kota yang adem dan tentrem ini menjadi tempat untuk menampung delapan klub beserta suporternya yang berasal dari delapan daerah berbeda.
Sebanyak 8 klub berbasis kelompok suporter besar dan fanatik hadir di Solo. Mereka adalah Arema FC, Persebaya Surabaya, Bali United, Mitra Kukar, Sriwijaya FC, PSMS Medan, Persija Jakarta dan Madura United.
Seketika Kota Solo berubah menggelegar, empat pertandingan menyajikan pertandingan berkualitas dan jadi tontonan berkelas. Selain menunjukan skill yang mumpuni, para pemain bermain dengan fairplay, tak ada adu jotos, serta mampu menerima segala keputusan wasit. Pemandangan indah diakhir laga juga tercipta saat pelatih, pemain, dan ofisial tim saling berjabat tangan sebagai tanda rivalitas hanya sebatas 2x45 menit.
Keharmonisan tersebut merembet hingga ke para pendukung yang sangat fanatik dengan klub masing-masing. Delapan kelompok suporter yang membanjiri Kota Solo menghapus image yang identik dengan kerusuhan jika saling bersua. Pertemuan suporter tersebut justru terlihat sangat harmonis, mereka tak saling mengusik, tak jarang mereka bernyanyi bersama dan tak ada kerusuhan yang terjadi.
Gambaran tersebut sungguh terlihat nyata pada laga Persebaya Surabaya kontra PSMS Medan, Sabtu (3/2/2018). Pertandingan tersebut berjalan begitu alot dengan skor 3-3 pada dua waktu normal dan dilanjutkan pada babak adu penalti hingga dimenangkan 7-6 oleh PSMS.
Stadion Manahan mutlak dikuasai suporter Persebaya, Bonek. Hampir seluruh tribun penonton dikuasai Bonek dan hanya satu blok disisakan buat pendukung PSMS Medan.
Tercatat, pertandingan itu disaksikan 22.184 pasang mata, jumlah yang paling besar dari tiga pertandingan semifinal lainnya. Namun, pertandingan mampu berjalan sportif dan tak ada protes berlebihan terhadap segala keputusan wasit.
Persebaya saat itu ditakdirkan kalah, tetapi pemain dan suporternya yang datang ke Solo menempuh perjalanan darat sejauh 264 KM bisa menerima dengan lapang dada dan bahkan mendoakaan PSMS bisa melaju ke partai final. Bonek pun lapang dada, meski tim kesayanganya kalah, mereka bersikap dewasa dan tak membuat kerusuhan.
Inilah hiburan yang sebenarnya. Piala Presiden juga menjadi hiburan tersediri bagi masyarakat Indonesia secara luas bukan hanya di Solo. Mereka yang datang menyaksikan langsung di Stadion Manahan Solo tak perlu merogoh kocek begitu dalam, hanya dengan uang 30 ribu rupiah, masyarakat sudah bisa menyaksikan para idola lapangan hijau yang bermain begitu kompetitif untuk dua laga sekaligus.
Roda Ekonomi Masyarakat Ikut Terangkat oleh Piala Presiden 2018
Digelar di berbagai kota berbeda, Piala Presiden 2018 menjadi ladang ekonomi tersendiri bagi para penjual makanan, jersey dan juga penyedia layanan transportasi.
Seperti pemandangan yang terlihat di sekitaran Stadion Manahan, Solo dipenuhi dengan HIK (Hidangan Istimewa Kampung). Hampir setiap sepuluh langkah berjalan HIK akan menyambut para pendukung sepak bola, berbagai macam makanan dan minuman disajikan seperti gorengan, nasi, usus, teh manis dan sebagainya. Harga pun relatif murah, dengan uang 5 ribu rupiah suporter yang datan ke Solo bisa mendapat nasi, teh hangat dan gorengan.
Hasilnya turut bisa dinikmati langsung oleh penjual. Salah satu penjual HIK dari Klaten, Suwarno pun mengaku senang jika bisa berdagang di Piala Ptesiden 2018.
Dia mengaku dagangannya bisa laku kalau diizinkan masuk ke stadion.
"Alhamdulillah kalau ada pertandingan dan pedagang boleh masuk di sekitar stadion, pasti jualan laku," kata Suwarno, pedagang HIK dari Klaten.
Ketua penyelenggara Piala Presiden 2018, Maruarar Sirait juga tak segan untuk turut terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi yang dirasakan para pedagang.
Piala Presiden Sebagai Ladang untuk Berprestasi
Meski hanya bertajuk turnamen pra-musim, Piala Presiden layak dijadikan ajang bagi tim peserta untuk berprestasi. Bahkan, Piala Presiden menyajikan hadiah yang berlimpah ruah dengan nominal yang begitu besar.
Bagaimana tidak, total dana sebesar 7,93 miliar rupiah digelontorkan untuk mengapresiasi raihan prestasi seluruh insan yang terlibat di Piala Presiden.
Mulai dari pemain, wasit, dan bahkan suporter juga turut diperhatikan. Bukan semata-mata soal uang, apresiasi ini adalah wujud nyata perhatian terhadap insan sepak bola tanah air.
Berani Mengambil Resiko untuk Melakukan Transparansi Keuangan
Sebuah langkah yang berani diambil pihak penyelenggara Piala Presiden 2018. Hal ini tak lepas dari sebuah usaha untuk menarik kepercayaan dari masyarakat.
Di era serba digital ini, informasi sangat mudah tersebar melalui media sosial. Masyarakat akan langsung tahu ketika sebuah roda tak berputar pada semestinya.
Piala Presiden 2018 berusaha transparan, beberapa pemain senior seperti Ismed Sofyan dan Hamka Hamzah mengaku telah mendapat hak dari pihak penyelenggara tepat waktu.
Bahkan, transparansi pihak penyelenggaraan turut diapresiasi oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Indonesia, Imam Nahrawi.
"Panitia berusaha keras menjaga informasi mengenai jumlah penonton, pendapatan, sampai perputaran ekonomi kerakyatan," ujar Imam Nahrawi, Rabu (4/2/2018).
"Dengan begitu, saya menginginkan gaung Piala Presiden ini bisa menggema di Asia Tenggara," tuturnya menambahkan.
Transparansi Piala Presiden 2018 menjadi salah satu bukti mampu menerapkan sebuah indrustri sepak bola yang modern.
Semoga manuver apik Piala Presiden bisa terus berjalan hingga penentuan sang jawara. Akan lebih baik jika nantinya Liga 1 musim 2018 bisa demikian. Para pemain bermain dengan sportif, wasit memimpin dengan netral, suporter mendukung dengan penuh toleransi, dan pengurus mampu menunjukan profesionalitas serta transparansi yang menjadi senjata ampuh untuk menarik kepercayaan masyarakat.
Namun, sejatinya Piala Presiden 2018 belum seutuhnya sempurna. Masih ada beberapa aspek yang bisa dipebaiki untuk kedepannya.
Pertama soal pemerataan. Menjadi kurang adil ketika venue pertandingan didominasi oleh Jawa. Pasalnya, dengan mengatasnamakan Presiden, semua masyarakat Indonesia berhak untuk turut merasakan efouria.
Kedua, pihak keamanan yang sedikit kurang tegas dalam bertindak. Seperti saat oknum Bonek berusaha menjebol pintu Stadion Manahan, Solo, sebelum laga Persebaya kontra PSMS Medan, Sabtu (3/2/2018). Ada banyak pihak keamanan, tetapi mereka memilih diam dan hanya melihat.
Mungkin bisa saja soal kerusuhan kebetulan bukan job desk mereka, tetapi tidak etis ketika masyarakat melihat hal tersebut. Pasalnya bagi masyarakat biasa, yang kami tahu pihak keamanan bertugas untuk mengamankan.
Obat memang pahit, tapi manusia terkadang butuh. Begitu juga kritik, meski terlihat pahit, terkadang juga perlu demi sebuah kebaikan.
Terimakasih Piala Presiden 2018 yang telah mampu menjadi contoh pagelaran kompetisi sepak bola yang maju, profesional, dan bersih di tanah air tercinta Indonesia.
Semoga setelah berakhirnya Piala Presiden, sisi positif yang ada bisa tetap terjaga dan menular ke kompetisi sesungguhnya Liga 1 musim 2018.
Bravo, sepak bola Indonesia!
Editor | : | Husein Sanusi |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar