tim Liga 2 mengalami kesulitan mendapatkan striker lokal yang berkualitas.
Sementara itu, pemain depan yang bermain di kasta tertinggi pun tak semuanya mendapatkan tempat di tim utama.
Peran mereka sudah digantikan striker asing.
Serbuan penyerang mancanegara yang memiliki kualitas di atas pemain lokal dan keunggulan postur tubuh menjadikan mereka lebih diandalkan klub untuk membobol gawang lawan.
Setelah era Kurniawan Dwi Yulianto yang kemudian dilanjutkan Bambang Pamungkas dan Boaz Solossa, belum ada lagi muncul pemain depan yang memiliki teknik dan kemampuan menempatkan posisi maupun menjadi penyelesai atau finisher.
(Baca Juga: Ini yang Dilakukan Suporter Cantik Persib Bandung untuk Tetap Kompak)
“Persoalannya memang kompleks bila minim sekali striker lokal yang muncul. Apalagi, taktik sepak bola era modern lebih banyak menggunakan satu striker," kata Kurniawan Dwi Yulianto kepada BolaSport.com.
"Dia tidak sekadar menjadi penyelesai, tapi juga punya kemampuan menahan bola. Pemain yang menempati posisi itu harus punya kemampuan komplet,” lanjutnya.
“Persoalannya, pemain kita tidak diajari untuk menjadi target man sejak di sekolah sepak bola (SSB) maupun akademi. Kita tidak kekurangan pemain dengan tipikal pelari,” ucap striker legendaris Indonesia ini.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar