Eks kapten Timnas Indonesia, Ponaryo Astaman, menyebut faktor kenikmatan sebagai salah satu alasannya pensiun dari sepak bola.
Hal itu disampaikan oleh lelaki berusia 38 tahun tersebut dalam wawancara khusus dengan BolaSport.com pekan lalu.
"Alasan pertama adalah karena capai dan kemudian juga tidak merasakan kenikmatan bermain sepak bola di tahun-tahun sebelumnya," tutur pria kelahiran Balikpapan tersebut.
Adapun Ponaryo sudah dua dekade menjalani hidup di sepak bola sejak bergabung dengan tim junior Persiba Balikpapan pada 1997-1998.
(Baca Juga: Uang Muka Gaji Odemwingie Saja Rp 3 Miliar, Eks Kapten Timnas Optimistis Nilai Pemain Lokal Setara Asing)
Berbagai klub profesional telah diperkuatnya di level teratas kompetisi Indonesia, seperti PSM Makassar, Arema, Persija, hingga Sriwijaya FC.
Adalah bersama klub yang disebut terakhir itu Ponaryo meraih gelar ISL 2011-2012 plus empat mahkota juara lainnya.
Ponaryo, yang tercatat membela Timnas Indonesia selama 10 tahun sejak 2003, juga pernah memperkuat Melaka TMFC di kompetisi Negeri Jiran.
Hanya, pada tahun-tahun terakhirnya Ponaryo mengaku mengalami perasaan berbeda saat bermain bola.
Persebaya Kirim Tim Juniornya ke Australia https://t.co/91CNPlQsIr
— BolaSport.com (@BolaSportcom) March 27, 2018
"Saya pernah bilang akan berhenti bermain bila sudah tak bisa merasakan kenikmatan dalam sepak bola. Itu yang saya rasakan beberapa tahun sebelum pensiun," ujar Ponaryo.
"Ini bukan perkara nominal, klub tempat saya bermain, atau prestasi, tapi lebih karena saya merasa begini-begini saja. Bermain bola bukan lagi sesuatu yang benar-benar ingin saya lakukan seperti tahun-tahun sebelumnya," ujar pemain yang kerap dipanggil Popon ini.
Selepas pensiun, Ponaryo memilih fokus pada tugasnya sebagai General Manager Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI).
Bukankah ia sudah mengantongi lisensi A AFC dan pernah menukangi Borneo FC di Piala Presiden 2018? Tidakkah ia ingin menjadi pelatih?
(Baca Juga: Pesepak Bola Hidup Susah Setelah Pensiun, Ponaryo Astaman: APPI Bukan Cuma Soal Gaji yang Tak Dibayar)
"Saya ambil kesempatan melatih Borneo di Piala Presiden untuk mencoba mengetahui rasanya menjadi pelatih. Ternyata, mumetnya minta ampun karena bukan cuma memikirkan soal teknis, tapi semua hal di dalam tim," ujar Ponaryo.
"Tapi, bukan berarti tidak cocok. Menjadi pelatih itu asyik karena ada tantangan tersendiri, tapi saya rasa tidak bisa total karena aktif di APPI," ucapnya.
Editor | : | Andrew Sihombing |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar