Klub yang disebut terakhir ini kemudian meraih gelar juara Galatama beruntun pada musim 1985 dan 1986-1987.
"Zul itu pemain hebat dengan bakat alam. Kalau bola sudah ada di kakinya, pemain lawan sangat sulit merebut," ucap Banur.
"Dia bisa melewati 2-3 pemain semaunya. Bila sudah begitu, lawan pasti tertarik ke arah dia dan pertahanan akan terbongkar. Saya tinggal mencari posisi untuk bisa menerima umpan darinya," ucap salah satu pemain Tim Merah Putih saat merebut medali emas sepak bola SEA Games 1991 tersebut.
Prestasi terbaik Krama Yudha Tiga Berlian terjadi di Piala Champions Asia 1985-1986. Setelah menjadi pemuncak Zona ASEAN, Krama Yudha Tiga Berlian meraih posisi runner-up Grup A dan melaju ke semifinal.
Menolak Gabung Persib Bandung, Pemain Ini malah Sukses Jadi Raja Gol di Negeri Jiran https://t.co/X7ntJi2f5k
— BolaSport.com (@BolaSportcom) May 11, 2018
Fase empat besar serta laga puncak dan perebutan peringkat ketiga digelar di Arab Saudi. Banur ingat betul betapa menonjolnya permainan Zulkarnain hingga ia mendapat dua julukan bergengsi.
"Saya tahu betul karena setim dengan Zul. Dia dipuji berkat kemampuannya meliuk-liuk menggocek lawan dengan dribelnya," ucap Banur.
(Baca Juga: Sepak Bola Tanah Air Berduka, Pemain Berjulukan Maradona dari Indonesia Wafat)
"Ada wartawan asing yang kemudian menjuluki dia dengan sebutan Kevin Keegan dari Indonesia, terutama karena kesamaan rambut dan nomor punggung 7. Ada juga yang menyebutnya Maradona dari Indonesia. Nah, julukan terakhir ini yang lebih melekat belakangan," ucap Banur.
Kebersamaan ini terputus saat Banur hijrah ke Pelita Jaya pada 1986.
Keduanya cuma bertemu sesekali, termasuk setelah keduanya gantung sepatu dan belakangan tergabung di tim legenda sepak bola Indonesia dalam wadah Indonesia Football Ambassador.
Editor | : | Andrew Sihombing |
Sumber | : | BolaSport.com, rsssf.com |
Komentar