Sepak bola Indonesia era 1980-an hingga pertengahan 1990-an mengenal sebuah kompetisi elite bernama Galatama yang sempat bergulir selama 13 musim (1979-1994). Kompetisi ini telah hilang setelah dilebur jadi satu dengan Perserikatan demi melahirkan era profesional pada 1994.
Penulis: Indra Citra Sena
NIAC Mitra merupakan salah satu penguasa ajang ini, terutama dekade 1980-an di mana klub yang bermarkas di Surabaya tersebut merengkuh titel sebanyak tiga kali.
Catatan itu menjadi rekor terbaik di kalangan kampiun lain bersama Pelita Jaya.
Masa kejayaan NIAC Mitra memunculkan satu nama yang selalu terlibat dalam setiap keberhasilan merengkuh trofi, mulai dari edisi 1980/82, 1982/83, hingga 1987/88.
Siapa lagi kalau bukan Muhammad Zein Al Hadad, sang striker haus gol keturunan Arab.
Al Hadad tercatat berada dalam skuat NICC Mitra sejak musim perdana Galatama (1979/80). Dia memang sudah tergabung di klub yang identik dengan seragam hijau ini sebelum kompetisi semi-amatir diputar oleh PSSI.
"Sebelum ada Galatama itu nama klub belum Niac Mitra, tapi Mitra Muda. Saya berjuang di sana dari tim junior sampai menembus tim utama. Di Galatama I, kami bisa langsung menduduki posisi runner-up di bawah Warna Agung," kata Al Hadad kepada BOLA saat ditemui di Jakarta, Minggu (7/10).
Berselang semusim kemudian, NIAC Mitra akhirnya mencicipi sensasi menjuarai Galatama.
Editor | : | Dimas Wahyu Indrajaya |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar