Komite Disiplin (Komdis) PSSI dinilai cacat hukum dalam memberikan sanksi kepada PS Mojokerto Putra (PSMP).
Sebelumnya, PS Mojokerto Putra (PSMP) dihukum tak dapat berkompetisi pada musim 2019 oleh Komdis PSSI.
Hal itu terkait dugaan pengaturan skor yang dilakukan PSMP kala mengarungi Liga 2 musim 2018.
(Baca juga: Soal Vigit Waluyo, Ini Pengakuan Mengejutkan dari Presiden PS Mojokerto Putra)
Akan tetapi, PSMP melalui manajemennya tidak terima dengan hukuman yang dijatuhkan oleh Komdis PSSI.
Bahkan, kuasa hukum klub ini, Muhammad Soleh mengatakan bila putusan yang dilayangkan Komdis PSSI itu cacat hukum.
(Baca juga: Persik Cetak Tiga Gol dan Menang untuk Buka Peluang Juarai Liga 3 2018)
(Baca Juga: Menilik Rekam Jejak Johar Lin Eng: Ditolak Pengurus Asprov Aceh hingga Dihukum Seumur Hidup oleh Ketum PSSI)
"Keputusan yang diambil (Komdis PSSI) tanpa pernah menghadirkan manajemen PSMP," ucap Soleh, kutip BolaSport.com dari Surya.co.id.
"Jadi, apakah tuduhan match fixing itu benar adanya atau hanya akal-akalan. Sebuah keputusan tanpa ada dasar," tuturnya.
(Baca juga: Berjuang di Liga Champions Asia 2019, Klub Malaysia Ini Rekrut Eks Bek Tengah Timnas U-23 Australia)
"Teman-teman Komdis PSSI melanggar. Hanya satu alenia, tiba-tiba menghukum (PS Mojokerto Putra), misalnya tak ada pengakuan Kalteng Putra, Gresik United apakah ini patut diduga ada permainan skor," kata Soleh, menambahkan.
Yang menjadi fokus utama PSMP dalam kasus ini adalah Komdis PSSI dinilai tak mampu melaksanakan proses hukum yang wajar.
(Baca Juga: Pengacara Johan Lin Eng Beri Klarifikasi: Klien Saya Bukan Ditangkap)
Hal ini, masih menurut Soleh, terjadi secara konprehensif, dari awal hingga akhir munculnya keputusan.
Dalam Kompas Petang, Kamis (27/12/2018), Umar Husein selaku Wakil Ketua Komdis mengklarifikasi hal itu.
Menurut Umar, dalam memutus kasus ini, PSSI memang berlandaskan pada hasil analisis dari Genius Sports.
"PSSI sekarang mendasarkan pembuktian tidak semata-mata pada bukti yang bersifat materil klasik seperti hukum pidana," ujar Umar, dalam interview dengan presenter Kompas Petang.
(Baca Juga: Sentimen Pribadi Jadi Alasan Kuat PSSI Tak Gunakan Jasa Fakhri Husaini Lagi?)
Mantan General Manager PSIS Buka Suara Terkait Praktek Pengaturan Skor yang Libatkan Mahesa Jenar https://t.co/WM4pByPn0n
— BolaSport.com (@BolaSportcom) December 26, 2018
"Dan akan sangat susah membuktikan kejahatan suap di olahraga menggunakan tata cara pembuktian dalam sistem hukum pidana," katanya menambahkan.
"PSSI sekarang mendasarkan pada Genius Sports, mereka yang mengalinisis pertandingan dan menghasilkan kesimpulan permainan ini wajar atau tidak wajar."
"Itu sudah cukup untuk menjatuhkan sanksi bagi klub yang dinilai tidak wajar," ucap pria berkacamata itu.
Lebih lanjut, saat ini hasil analisa dari Genius Sports telah digunakan oleh seluruh federasi di seluruh dunia.
(Baca Juga: PS Mojokerto Putra Bakal Lawan Komdis PSSI dan Anggap Keputusan Cacat Hukum)
Bahkan, Albania juga pernah dihukum oleh UEFA hanya bermodalkan analisa itu tanpa bukti-bukti tambahan.
"Penggunaan Genius Sports ini sudah umum dan tidak perlu ada bukti-bukti lain karena itu sudah diterapkan oleh FIFA. Contohnya Albania, dalam 50 pertandingan itu mereka tidak ada yang beres," tuturnya, mengakhiri.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar