Klub lebih terbuka dan berpikir dengan perencanaan lebih jauh, tapi mereka membutuhkan kebijakan untuk memproduksi pemain dan tidak menerima begitu saja.
Desmond Ong meyakini ada manfaat bagi kedua belah pihak dengan menawarkan kontrak untuk stabilitas pemain ini.
”Sebelumnya, beberapa pemain sangat tidak profesional. Mereka menandatangani kontrak 12 bulan saja, karena baru naik ke tim senior.”
”Tetapi kemudian pada Desember, setelah musim usai, mereka tidak ingin melanjutkan karier pada klub yang sama. Mereka memulai latihan dengan klub baru setelah merasa punya nilai jual,” ucap Ong.
Hal ini diakui Ong membuat banyak klub marah karena merasa tak dihargai setelah sukses membesarkan nama sang pemain.
Namun, kontrak jangka panjang juga bisa membuat perkembangan pemain jadi apatis.
Ini merupakan komentar dari pelatih Geylang International dan juga mantan pemain sayap timnas Singapura, Noor Ali.
Klubnya menawarkan kontrak dua tahun untuk lebih dari setengah pengisi skuat mereka pada awal 2016.
Namun dari semua pemain tersebut, hanya winger Shawal Anuar yang ditawari perpanjangan sampai 2018.
Para pemain yang dikontrak jangka panjang dikatakan Ali justru permainannya stagnan karena mungkin merasa sudah aman secara finansial.
Eagles, julukan Geylang, akan kembali ke kesepakatan 11 bulan kontrak untuk musim 2018.
Noor mengatakan: ”Kami menyadari bahwa kontrak satu tahun lebih baik dan lebih lapar."
Manajer Umum Warriors FC, Paul Poh setuju dengan Ali, dengan mengatakan: ”Kami belajar dari pengalaman bertahun-tahun yang menawarkan kontrak pemain tahun demi tahun dan itu lebih baik.”
”Kami menggunakan data kinerja dari Instat (alat analisis statistik) untuk menilai kinerja pertandingan secara keseluruhan, termasuk jumlah cedera, kartu kuning dan merah, serta kinerja dalam latihan,” ucapnya.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | straitstimes.com/sport/football |
Komentar