Tak tanggung-tanggung, gawang Kuwait FC dibobol enam kali dan cuma diberi sekali kesempatan membalas.
Robertino Pugliara, Boaz Solossa, Titus Bonal, dan Ferinando Pahabol bergantian mengukir nama masing-masing di papan skor.
Khusus Robertino, gelandang flamboyan berkebangsaan Argentina ini mencetak hattrick.
Perinciannya adalah sepakan akrobatik pada menit ke-4, sontekan ringan jarak dekat (45+3’), dan aksi individu menawan disertai penyelesaian kelas dunia (66’).
“Anak-anak bermain tanpa cela dan tidak mengulangi kesalahan seperti duel pertama. Menghadapi tim sekelas Kuwait FC itu tak bisa hanya mengandalkan keberuntungan," kata pelatih Persipura kala itu, Jacksen F. Tiago, seperti dilansir Tabloid BOLA edisi 3 September 2014.
"Penerapan strategi dan komitmen pemain untuk disiplin terhadap taktik sangat krusial,” tuturnya.
Sayang, laju Persipura terhenti di semifinal. Klub Timur Tengah lain, Al Qadsia, yang belakangan menjadi juara Piala AFC 2014, mengalahkan Tim Mutiara Hitam dengan skor telak 2-10 secara agregat.
Persipura barangkali gagal merengkuh trofi, tapi prestasinya patut diapresiasi, terutama dalam urusan menggetarkan gawang lawan.
Koleksi 28 gol sepanjang turnamen menjadi yang paling produktif bersama Al Qadsia di Piala AFC 2014.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar