Klub sudah harus menyadari bahwa pemain merupakan aset. Perawatan cedera pemain mereka tentu menjadi perhatian penting. Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) pun angkat bicara menyoroti hal tersebut.
Penulis: Ferry Tri Adi
Penelusuran APPI menemukan beberapa klub yang abai terhadap cedera pemain atau cenderung lepas tanggung jawab.
“Cedera pemain menjadi perhatian penting kami. Pada tahun ini terutama di Liga 1, sudah ada perbaikan dalam perlindungan pemain yang cedera. Klub-klub Liga 1 sudah banyak yang bekerja sama dengan asuransi atau rumah sakit khusus olahraga," kata Muhamad Hardika Aji, Player Relations APPI.
"Pekerjaan rumah berikutnya ialah Liga 2. Beberapa kasus cedera pemain muncul dan ramai diperbincangkan lantaran klub lepas tanggung jawab. Terbaru ialah Rachmat Afandi, yang diputus kontraknya oleh Persebaya karena mengalami cedera cukup parah hingga harus menepi sekitar enam bulan,” tutur Aji.
Padahal, ketika itu Fandi, sapaan sang pemain, sudah lolos tes medis pada awal masuk klub.
Artinya tidak masalah dengan kondisi Fandi. Dia mengalami cedera ketika di laga pra-musim.
APPI bertindak mendampingi Fandi soal pemutusan kontrak itu.
“Dalam kasus Fandi ini kami membantunya dengan dialog persuasif bersama klub yang bersangkutan. Karena ini juga berkaitan dengan kontrak, kami pun mencarikan pengacara,” ujar Aji.
(Baca juga: Pertanyaan Mengejutkan Pelatih Timnas U-19 Malaysia Menuju Semifinal Piala AFF U-18 2017)
Kasus lain juga menimpa pemain yang tidak memiliki klub.
APPI kemudian bergerak untuk menjalin kerja sama dengan rumah sakit khusus olahraga, seperti Royal Sports Medicine Centre (RSMC).
Menilik banyaknya kasus cedera yang menimpa pesepak bola, APPI menekankan kepada pemain untuk sedetail mungkin memperhatikan kontrak dengan klub.
“Tugas kami mendampingi pemain. Namun, kami juga menekankan kepada klub bahwa pemain adalah aset mereka. Kesehatan pemain menjadi bagian tanggung jawab klub. Pemain harus dilindungi oleh klub."
(Baca juga: Indonesia Batal Bersua Malaysia, Setelah Vietnam Disikat Myanmar)
"Toh, cederanya pemain muncul ketika mereka membela klub yang bersangkutan. Detail kontrak harus menjadi perhatian pemain. Harus ada klausul soal perlindungan pemain seperti asuransi atau perawatan cedera dalam kontrak,” tutur Aji.
APPI menilai klausul tersebut menjadi jalan keluar jika klub tidak ingin terbebani biaya tinggi perawatan cedera pemain.
“Klausul itu mengantisipasi kas klub. Pasalnya, jika pemain sudah didaftarkan asuransi atau klub sudah bekerja sama dengan rumah sakit, tentu tak akan mengganggu keuangan klub,” kata Aji.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar