Profesi ini memang mewajibkan pelakunya menjaga kebenaran dan keadilan dalam sebuah pertandingan.
"Kami tak bisa berlaku seenaknya karena terikat pada aturan. Kami pun wajib membuat laporan kepada otoritas yang berwenang setiap habis memimpin pertandingan di kompetisi," ujar Purwanto.
Salah satu dari lima asisten wasit Indonesia yang memiliki lisensi FIFA, Bangbang Syamsudar, menyebut penggunaan wasit asing di kompetisi Gojek-Traveloka Liga 1 2017 sebagai momentum perbaikan sekaligus evaluasi total bagi wasit-wasit lokal.
“Kami memandang positif penggunaan wasit asing. Artinya, kami mendapatkan pembelajaran supaya suatu saat nanti kami benar-benar menjadi wasit yang lebih profesional. Kami tetap semangat dalam berkarier,” tutur Bangbang Syamsudar.
Selain kepada wasit lokal, dampak lain penggunaan wasit asing adalah terhadap reaksi klub. Klub-klub peserta Gojek-Traveloka Liga 1 mulai jarang mengajukan protes terhadap kinerja wasit selama putaran kedua kompetisi karena merasa wasit berlaku adil dan mengusung semangat fair play.
Saat hanya menggunakan wasit lokal, operator kompetisi setidaknya menerima 20 protes dari berbagai klub selama putaran pertama.
Memasuki putaran kedua, sampai pekan ke-32, jumlah protes menyusut ke angka tujuh, dengan catatan hanya ada dua protes yang ditujukan kepada wasit asing.
“Perbedaan terbesar antara wasit asing dengan wasit lokal menurut pandangan saya adalah mereka tidak kenal siapa-siapa di lapangan sehingga bisa mengambil keputusan secara adil. Saya berharap ini bisa dijadikan sebagai pelajaran berharga oleh wasit-wasit lokal,” ujar pelatih Persipura Jayapura, Wanderley.
“Saya pikir wasit asing lebih tegas dan mengerti peraturan di atas lapangan. Seharusnya wasit lokal mendapat pelajaran berharga dari hasil ini sehingga terpacu untuk bekerja lebih baik lagi,” kata bek Persija Jakarta, Maman Abdurrahman.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar