Menjalankan dan mentaati Laws of the Game adalah kunci untuk mendapatkan pertandingan sepak bola yang berjalan lancar.
Entah apa jadinya sebuah pertandingan jika tidak mengikuti aturan permainan yang ditetapkan The International Football Association Board (IFAB).
Wasit menjadi elemen terpenting dalam penerapan dan penegakan Laws of the Game di sebuah pertandingan.
Integritas, ketegasan, dan keberanian wasit dalam menegakkan aturan permainan sepak bola sangat diperlukan demi lancarnya jalan sebuah pertandingan.
Integritas wasit-wasit asing aktif berlisensi FIFA dalam menegakkan Laws of the Game di kompetisi Gojek-Traveloka Liga 1 2017 lalu sangat berguna untuk masa depan sepak bola Indonesia.
Menurut Ketua Departemen Wasit PSSI, Ngadiman Asri, penggunaan wasit asing sejak putaran kedua Gojek-Traveloka Liga 1 2017 lalu bisa mendukung upaya perbaikan sekaligus pembelajaran langsung bagi para pengadil lokal.
(Baca Juga: Januari, Timnas Boleh Bermain di SUGBK)
“Keputusan memakai wasit asing sebetulnya terasa berat buat kami karena kami percaya wasit-wasit Indonesia juga bagus. Sekarang, mereka bisa belajar soal pemahaman terhadap Laws of the Game dan cara jitu menghadapi protes dari pelatih asing,” ujar Ngadiman Asri.
Ngadiman Asri memberi contoh dan memuji keputusan wasit asal Iran, Mooud Bonyadifard, dalam pertandingan pekan ke-20 Gojek-Traveloka Liga 1 2017 antara Persija Jakarta melawan PSM Makassar di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi, pada 15 Agustus 2017.
Pada babak kedua, wasit Mooud Bonyadifard mengusir pelatih PSM Makassar, Robert Rene Alberts, dari area permainan karena pelatih asal Belanda itu melancarkan protes berlebihan.
Keputusan tersebut sesuai dengan yang tertulis dalam pasal 5 Laws of the Game mengenai wasit untuk persoalan ofisial tim.
Tertulis bahwa wasit dapat mengambil tindakan mengusir ofisial tim dari arena permainan jika tidak dapat mengendalikan diri untuk bersikap yang bertanggung jawab.
Contoh lain dari integritas dan keberanian wasit asing dalam menerapkan dan menegakkan Laws of the Game terjadi dalam pertandingan pekan ke-33 Gojek-Traveloka Liga 1 2017 antara Persija Jakarta melawan Persib Bandung di Stadion Manahan, Solo, pada 3 November 2017.
Wasit berlisensi FIFA asal Australia, Shaun Evans, meniup pluit tanda pertandingan berakhir di menit 83 setelah Manajer Persib, Umuh Muchtar, memanggil para pemainnya di tengah permainan untuk memprotes keputusan wasit mengartu merah bek Maung Bandung, Vladimir Vujovic.
(Baca Juga: Timnas Indonesia Bakal Hadapi Peserta Piala Dunia 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno)
Mantan wasit lokal berlisensi FIFA, Purwanto, menilai keputusan Shaun Evans sudah tepat dan sesuai dengan Laws of the game pasal 5 tentang wasit.
"Sesuai aturan, wasit berhak memberikan teguran, peringatan, usiran, bahkan menghentikan pertandingan sebelum waktunya jika ada gangguan dari pihak luar. Tentu saja keputusan tersebut harus berdasarkan pertimbangan yang matang," kata Purwanto.
Keputusan-keputusan wasit berdasarkan Laws of the Game harus dihormati.
Purwanto menjelaskan bahwa apapun keputusan wasit di atas lapangan bukan disebabkan kejengkelan pribadi terhadap salah satu pemain atau tim.
Profesi ini memang mewajibkan pelakunya menjaga kebenaran dan keadilan dalam sebuah pertandingan.
"Kami tak bisa berlaku seenaknya karena terikat pada aturan. Kami pun wajib membuat laporan kepada otoritas yang berwenang setiap habis memimpin pertandingan di kompetisi," ujar Purwanto.
Salah satu dari lima asisten wasit Indonesia yang memiliki lisensi FIFA, Bangbang Syamsudar, menyebut penggunaan wasit asing di kompetisi Gojek-Traveloka Liga 1 2017 sebagai momentum perbaikan sekaligus evaluasi total bagi wasit-wasit lokal.
“Kami memandang positif penggunaan wasit asing. Artinya, kami mendapatkan pembelajaran supaya suatu saat nanti kami benar-benar menjadi wasit yang lebih profesional. Kami tetap semangat dalam berkarier,” tutur Bangbang Syamsudar.
Selain kepada wasit lokal, dampak lain penggunaan wasit asing adalah terhadap reaksi klub. Klub-klub peserta Gojek-Traveloka Liga 1 mulai jarang mengajukan protes terhadap kinerja wasit selama putaran kedua kompetisi karena merasa wasit berlaku adil dan mengusung semangat fair play.
Saat hanya menggunakan wasit lokal, operator kompetisi setidaknya menerima 20 protes dari berbagai klub selama putaran pertama.
Memasuki putaran kedua, sampai pekan ke-32, jumlah protes menyusut ke angka tujuh, dengan catatan hanya ada dua protes yang ditujukan kepada wasit asing.
“Perbedaan terbesar antara wasit asing dengan wasit lokal menurut pandangan saya adalah mereka tidak kenal siapa-siapa di lapangan sehingga bisa mengambil keputusan secara adil. Saya berharap ini bisa dijadikan sebagai pelajaran berharga oleh wasit-wasit lokal,” ujar pelatih Persipura Jayapura, Wanderley.
“Saya pikir wasit asing lebih tegas dan mengerti peraturan di atas lapangan. Seharusnya wasit lokal mendapat pelajaran berharga dari hasil ini sehingga terpacu untuk bekerja lebih baik lagi,” kata bek Persija Jakarta, Maman Abdurrahman.
(Baca Juga: Serius Hadapi Musim Depan, Bhayangkara Jalani Pramusim di China)
Namun, sebagus apapun wasit, sebagai manusia mereka tidak luput dari kesalahan dalam mengambil keputusan.
Di lapangan wasit memiliki pandangan terbatas, tidak seperti kita yang berada di depan layar kaca dan dianugerahi tayangan ulang berkali-kali untuk sebuah momen.
Sang pengadil pun harus membuat keputusan dalam waktu sepersekian detik.
"Keyakinan dan keberanian merupakan kunci bagi wasit untuk dapat memimpin pertandingan dengan baik," ucap Purwanto.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar