Salah satu pemain penting Persebaya dalam merengkuh kesuksesan menjadi kampiun Liga 2 musim lalu adalah Irfan Jaya. Daeng Makassar ini menjadi pahlawan kemenangan Persebaya di final Liga 2 2017.
Tak heran jika Irfan didapuk menjadi bintang Bajul Ijo.
Seperti kebanyakan pesepak bola, Irfan mulai mengenal olahraga ini sejak belia.
Ia memulai bermain sepak bola sejak duduk di sekolah dasar, tepatnya kelas lima.
Irfan masuk SSB yang ada di kampungnya sendiri bernama SSB Butta Toa Sinoa.
Di sana, ia menempa diri hingga mampu dilirik Persiban Bantaeng.
Pelatih Persiban kala itu, coach Diego, terkesan dengan kemampuan Irfan yang baru berusia 17 tahun.
Ia diproyeksikan untuk memperkuat Porda Bantaeng 2014.
Bersama tim Porda Bantaeng Irfan mampu meraih prestasi maksimal karena mampu membawa timnya menjadi juara.
Atas raihannya tersebut, Irfan dipanggil untuk bergabung besama tim PON Remaja Sulawesi Selatan 2014.
(Baca Juga: Stadion Utama GBK Gemerlap di Tampilan, Tetap Parah di Manajemen Massa)
Selepas itu, pemain yang kerap disamakan dengan Andik Vermansyah ini menjadi andalan PSM junior untuk terjun di TSC U-21.
Meskipun PSM U-21 hanya sampai babak 8 besar, Ia berhasil menjadi top scorer dengan catatan 14 golnya di ajang tersebut.
“Alhamdulillah, saya menjadi top scorer di kompetisi TSC U-21. Padahal, sebelum itu saya sempat direkomendasikan sama coach Iwan Setiawan untuk bergabung bersama Persija, tapi menolaknya, dan ingin fokus di PSM,” kata penggemar Cristiano Ronaldo itu.
Kemudian, di awal tahun 2017 coach Iwan yang melatih di Persebaya memintanya untuk bergabung bersama Persebaya untuk menghadapi Liga 2, Irfan pun menerimanya.
Walau Irfan merupakan pemain berdarah Makassar, saat itu tekadnya sudah bulat mampu membawa Persebaya promosi ke liga1 musim depan.
Namun, Irfan menemukan kendala kala beradaptasi dengan tim barunya, penampilannya di awal-awal musim ternyata sempat membuat kecewa para pendukung Persebaya.
Beberapa penampilan buruk membuatnya tersingkir dari tim utama.
Mungkin saat itu anak dari pasangan H. Samaling dan Hj. Saha dinilai lambat dalam beradaptasi.
Pasalnya, saat bergabung bersama Persebaya, Irfan baru merasakan bermain untuk tim di luar Sulawesi Selatan.
“Awal merantau sangat sedih, itu karena jauh juga dari keluarga. Tetapi, lama-kelamaan terbiasa dan sudah nyaman, main lebih enak, bahkan saya merasa lebih dihargai di sini (Surabaya),” ujarnya.
Untung, Persebaya kemudian diambil alih pelatih Angel Alfredo Vera.
(Baca Juga: Danurwindo: Kita Harus Belajar untuk Keluar dari Tekanan Lawan seperti Islandia!)
Di bawah asuhan pelatih asal Argentina tersebut Irfan berhasil jadi pilar penting Bajul Ijo, gol demi gol dan asist mengalir dari kakinya.
Tak heran jika ia mampu menyumbang 11 gol bagi Persebaya.
***
Selanjutnya, Irfan mengungkapkan alasan unik kenapa ia memilih nomor punggung 41. Padahal, posisinya adalah seorang penyerang sayap yang identik dengan nomor tujuh, sembilan, atau pun 10.
“Saya memakai nomor 41 karena di dalam bahasa Makassar empat itu artinya appa dan satu itu se're. Kedua kata tersebut disatukan menjadi appa'se're, dan dalam bahasa Indonesia artinya mempersatukan,” tutur pemuda berusia 21 tahun itu seraya tertawa.
“Kami banyak berasal dari berbagai daerah. Dari sabang sampai Merauke, saya ingin mempersatukan itu untuk Persebaya,”
Lebih lanjut, Irfan berharap bisa memberikan kontribusi besar bagi tim berseragam hijau-hijau ini untuk menghadapi Liga 1 2018, dirinya masih memiliki mimpi bersama Persebaya.
Ia ingin menjadi orang Makassar yang selalu dikenang oleh masyarakat Surabaya seperti Andi Oddang dan Hamka Hamzah.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar