Sejumlah skorsing yang berlanjut itu bahkan juga berlaku lintas kompetisi dan lintas negara.
Salah satu contohnya adalah yang dialami Paul Pogba ketika pindah dari Juventus ke Manchester United pada musim panas 2016.
Pogba tidak bisa bermain pada partai pertama Liga Inggris 2016-2017 karena dia masih membawa skorsing yang didapatkannya di Juventus.
Peraturan FA sebagai pengelola Liga Inggris menyebutkan pemain yang sedang menjalani skorsing di negara lain harus melanjutkan hukumannya itu kendati dia meninggalkan liga di negara lain itu dan pindah ke Premier League.
Paul Pogba menerima skorsing satu pertandingan dari Federasi Sepak Bola Italia setelah mendapatkan dua kartu kuning di dua partai kompetitif terakhirnya bersama Juventus sebelum meresmikan kepindahan ke Manchester United.
Contoh lain adalah Joey Barton pada tahun 2012.
Dia dijatuhi skorsing 12 partai gara-gara menendang Sergio Aguero dan Vincent Kompany ketika memperkuat QPR menghadapi Manchester City pada partai terakhir Premier League 2011-2012.
Bhayangkara FC Vs Persija, Kali Pertama Laga Pembuka Liga Indonesia Hampa Gol https://t.co/USAPB2F04T
— BolaSport.com (@BolaSportcom) March 23, 2018
Pada musim panas 2012, Barton pindah ke Marseille di Liga Prancis.
LFP selaku operator Liga Prancis lantas menegaskan bahwa hukuman Joey Barton di Liga Inggris ikut "ditransfer" ke Liga Prancis.
Karena sudah menjalani skorsing dalam 3 partai di Inggris, di mana dia tidak dimainkan QPR dalam 3 partai pertama 2012-2013, Barton pun melanjutkan skorsing sisanya di 9 partai Liga Prancis dan Piala Liga Prancis.
Untuk kasus Vladimir Vujovic, belakangan Yeyen Tumena, Manajer Umum Bhayangkara FC, ternyata menyatakan sudah ada keputusan banding untuk skorsing 5 partai buat sang bek.
Vujovic menjalani hukuman percobaan. Dia boleh bermain di partai pertama Liga 1 2018, tapi jika mengulangi perbuatan yang sama dalam kurun waktu 6 bulan di kompetisi sekarang, maka sisa skorsing 3 partai langsung berlaku.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | telegraph.co.uk |
Komentar