Presiden Sriwijaya FC memberikan tanggapannya setelah kasus kerusuhan di Stadion Gelora Jakabaring, Palembang pada laga pekan ke-17 Liga 1 2018, Sabtu (21/7/2018).
Kerusuhan terjadi pada laga kandang Sriwijaya FC (SFC) menjamu Arema FC.
Pada laga tersebut skuat Laskar Wong Kito harus mengakui keunggulan Arema FC tiga gol tanpa balas pada pekan ke-17 Liga 1 2018.
Tak heran jika para suporter Sriwijaya FC melampiaskan kemarahannya mereka pada laga ini.
Kerusuhan pun terjadi akibat kekalahan beruntun Sriwijaya FC setelah adanya evaluasi dan pemecatan pemain yang dilakukan oleh manajemen.
(Baca Juga: Netizen Ramai Pertanyakan Tak Dipanggilnya Riko Simanjuntak di Skuat Timnas U-23 Indonesia)
Dilansir BolaSport.com dari Tribun Sumsel, presiden Sriwijaya FC, Dodi Reza akhirnya memberikan pernyataan seusai kekalahan telak dari Arema FC hingga memunculkan permintaan agar dirinya mundur dari jabatan.
Menurut Dodi, sudah sejak dua tahun terakhir ia menawarkan posisinya tersebut.
Namun, tak ada orang yang mau berkorban finansial maupun uang, waktlu, dan pikiran.
"Saya tidak perlu diturun-turunkan, kalau pemegang saham mengizinkan saya istirahat setelah 10 tahun berkorban utk SFC," ucap Dodi.
"Alhamdulillah, tetapi saya tegaskan jangan cuma ngomong doang, yang pegang SFC harus punya uang, waktu dan pikiran yang harus dikorbankan." ujarnya menambahkan.
Tersisih di Semifinal Gothia Cup 2018, Tim LKG-SKF Tetap Membanggakan https://t.co/1qISp1ayJJ
— BolaSport.com (@BolaSportcom) July 22, 2018
Dodi menyebutkan, kondisi yang terjadi saat ini berbeda dengan 10 tahun yang lalu saat ia memulai menangani SFC.
Menurut pria berkaca mata itu dulu hutang SFC mencapai Rp 12 miliar dan gaji telat tujuh bulan.
Hal itu ditambah dengan manajemen yang amburadul. Namun, hal tersebut dapat ditolong oleh pemborosan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
"Klasemen urutan buncit. Tanya saja sama RD (Rahmad Darmawan) yang waktu itu memelas-melas minta SFC diselamatkan," ucap Dodi dengan tegas.
"Saya dimintai tolong waktu itu oleh Baryadi untuk membenahi, bukan saya yang mau jabatan tersebut. Kalau sekarang kami banyak sponsor, tanpa APBD, pembayar pajak terbesar, prestasi juga membanggakan. Jadi harus punya uang pribadi kalo sponsor tidak cukup," katanya mengakhiri.
(Baca Juga: FIFA Punya Misi Besar untuk Indonesia pada Piala Dunia 2030)
Editor | : | Muhammad Shofii |
Sumber | : | sumsel.tribunnews.com |
Komentar