Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi resmi menghentikan sementara Liga Indonesia terkait kasus yang menewaskan suporter Persija Jakarta, Haringga Sirla.
Pengeroyokan Haringga Sirla terjadi di luar Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, Minggu (23/9/2018).
Insiden berdarah terjadi jelang laga Liga 1 antara Persib Bandung menghadapi Persija Jakarta.
”Kejadian ini bukan lagi tragedi sepak bola, tetapi nasional," ucap Imam Nahrawi.
"Atas kejadian ini, kami sebagai pemerintah memutuskan untuk menghentikan sementara Liga Indonesia selama dua pekan," katanya dalam keterangan kepada media di Kantor Kemenpora, Selasa (25/9/2018).
(Baca juga: Orang Tua Haringga Sirla Ungkap Firasat Sebelum Anaknya Tewas Dikeroyok Oknum Bobotoh)
Tindakan penghentian sementara kompetisi menjadi langkah yang ditempuh pemerintah dan federasi sepak bola negara sebagai penghormatan untuk korban tragedi kerusuhan yang melibatkan suporter.
Contoh yang sama pernah dilakukan oleh pemerintah dan Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) sebagai reaksi terhadap insiden tewasnya suporter Genoa, Vincenzo Spagnolo, pada 29 Januari 1995.
(Baca juga: Bambang Pamungkas: Ngilu Bayangin Tanpa Sepak Bola di Republik, tetapi Saya Setuju!)
Spagnolo meninggal dunia akibat tusukan setelah diserang oknum suporter yang kala itu masih berusia 18 tahun, Simone Barbaglia.
Kejadiannya pecah menjelang duel Genoa kontra AC Milan pada pekan ke-18 Liga Italia Serie A.
Dikutip BolaSport.com dari Corriere della Sera, Barbaglia divonis penjara 15 tahun.
Pemerintah Italia, FIGC, dan Komite Olimpiade Nasional Italia (CONI) sepakat menghentikan sementara kompetisi di tiga divisi Liga Italia.
Pure il numero del Giornale sulla morte di Vincenzo Spagnolo.
Potrebbe piacere a @Xueza_00 pic.twitter.com/GTYa3kWuMV
— Keith Tikaga (@dedaIux) September 15, 2018
Pertandingan Genoa lawan AC Milan yang tertunda itu baru digelar kembali pada 15 Februari 1995.
Suspensi pada tiga lapis kompetisi Liga Italia akibat insiden melibatkan ultras itu merupakan yang pertama di Negeri Piza sejak Perang Dunia II.
Pada saat itu, insiden penusukan Spagnolo merupakan kejadian berdarah keenam yang memakan korban nyawa dalam 16 tahun terakhir.
Kejadian Detail
Pertandingan Genoa versus AC Milan dihentikan pada jeda antarbabak setelah kabar kematian tersebar di antara suporter di tribune.
Polisi harus mengisolasi hampir seribu suporter AC Milan di dalam stadion semalaman.
(Baca juga: Akibat Insiden Berdarah GBLA, Menpora Resmi Setop Liga Indonesia)
Sementara itu, pihak keamanan di luar terlibat bentrok dengan suporter Genoa di jalanan yang membakar mobil-mobil berpelat nomor wilayah Milan dan memecahkan kaca.
Vincenzo Spagnolo, Claudio Spagna. pic.twitter.com/NjDNxzK8KG
— Nacho (@ipatolorente) September 15, 2017
Lima oknum suporter diamankan polisi dan puluhan korban, termasuk petugas keamanan, mengalami luka-luka dalam bentrokan di jalanan tersebut.
Hasil identifikasi menunjukkan sang tersangka, Simone Barbaglia, bukan termasuk anggota organisasi resmi suporter kedua kubu.
Bentrokan diawali oleh saling ejek, baku hantam, dan berujung penusukan terhadap Spagnolo dengan pisau sepanjang 12 sentimeter.
Sosiolog asal Roma sekaligus pakar pergerakan pemuda Italia, Valerio Marchi, memperkirakan saat itu ada 10.000 ultras atau penggemar fanatik klub Italia.
AC Milan supporters in Luxembourg #ultras #UEL pic.twitter.com/OcjurM5uuw
— Fanatics of Football (@footynews129) September 21, 2018
Mereka terikat kuat secara emosional layaknya anggota geng-geng jalanan di Amerika.
"Masalah muncul ketika mereka menganggap bahwa grup dan komunitas adalah segala yang mereka punya, dan kekerasan menjadi simbol status komunitas," katanya seperti dikutip dari arsip New York Times 31 Januari 1995.
Hingga sekarang, peristiwa meninggalnya Spagnolo masih diperingati suporter Genoa.
Insiden berdarah itu diabadikan dalam sebuah prasasti di sekitar Stadion Luigi Ferraris.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Nytimes.com, corriere.it |
Komentar