(Baca juga: Upaya Pencegahan dan Hukuman Suporter yang Tak Patuh Imbauan Versi Jak Mania)
"Sweeping gampang dilakukan, ketika kelihatan (orang) ga tahu medan, ketika lihat dompet ada KTP DKI (Jakarta) ga langsung kena, kalo ada KTA baru kena," ujarnya menjelaskan.
Ditambahkannya, sweeping terjadi karena kelalaian tuan rumah, baik itu Panpel, pihak keamanan dan lainnya.
Apalagi, diakui Bung Ferry, ada anggotanya yang melihat kejadian pengeroyokan namun tak bisa berbuat apa-apa karena tak melihat petugas keamanan di sekitar lokasi.
"Anggota saya ada yang di sana juga dan melihat ada pemukulan, dia kemudian mencari kemanan dan panpel. Tapi ga ketemu, baru kemudian ketemu militer, marinir baru berduyun-duyun datang ke lokasi tapi sudah tak bisa ditolong," tuturnya menyesalkan.
(Baca Juga: PSSI Era Edy Rahmayadi, 22 Kuburan Suporter Indonesia)
Sebagaimana ditulis BolaSport.com sebelumnya, Korlap Jak Mania dan Panpel Persija pernah menyelamatkan seorang suporter penyusup dari bobotoh di Stadion PTIK, Jakarta, 30 Juni 2018.
Suporter Persib Bandung yang menyamar sebagai wartawan itu ketahuan identitasnya kemudian diamankan Panpel Persija ke tempat aman untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Menurut Bung Ferry itu adalah salah satu tugas suporter dan panpel tuan rumah yakni mengamankan segala potensi gesekan.
"Anak-anak (Jak Mania) yang selamat biasanya mengaku diperiksa kartu dan handphone (sweeping). Saya pun tak menutup kemungkinan bahwa Jak Mania juga melakukan sweeping (terhadap bobotoh)," ucapnya mengakui.
Editor | : | Ferril Dennys Sitorus |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar