Pencinta sepak bola Indonesia tentu sudah banyak yang mengetahui sosok Herman Dzumafo. Total 11 musim berkarier di Indonesia menjadikan nama pemain 38 tahun itu pasti banyak diingat dan terlebih lagi performanya tak pernah kendor sedikt pun.
Penulis: Alvino Hanafi/Persiana Galih
Selama 11 musim di Indonesia, bukanlah waktu yang singkat bagi pesepak bola.
Selama itu pula, tentunya bukan hal mudah untuk tetap eksis karena harus ditopang dengan penampilan yang prima.
(Baca juga: Timnas Malaysia untuk Kali Pertama Panggil Pemain Naturalisasi Murni untuk FIFA Matchday)
Namun, Dzumafo mampu menjawab itu dengan tetap mempertontonkan permainan yang apik meski sudah hampir kepala empat.
Kepada Tabloid BOLA, pemain kelahiran Kamerun yang sekarang memperkuat Bhayangkara FC itu pun berbagi kisah serta tip tentang caranya menjaga kebugaran.
(Baca juga: Terens Puhiri Cs Menang 5-0 dan Port FC Sementara Aman di Tiga Besar Liga Thailand 2018)
Berikut ini wawancara dengan pemain yang pertama kali di Indonesia membela PSPS Riau itu:
Sudah hampir kepala empat tapi masih saja prima. Bagaimana bisa seperti itu?
Saya tidak pernah begadang sebab umur sudah lumayan. Tetapi dulu waktu masih muda saya beberapa kali begadang. Sekarang, hampir tak pernah, misalnya ke klub atau nongkrong sampai malam.
Makanan sangat saya jaga karena ketika sudah berumur kita harus berhati-hati, jika salah akan fatal.
(Baca juga: Liga Champions Asia 2018 - Kashima Antlers Menang dan Cetak Tiga Gol, sayang Belum Aman ke Final)
Saya pun menuntut badan saya untuk aktif karena saya orangnya tak bisa lama-lama diam. Hal itu akan membuat badan saya berat.
Saya pun tidak minum alkohol. Tapi tergantung situasinya, misalnya jika ada acara keluarga akan lain.
Yang jelas, prinsipnya dari dulu saya tidak suka alkohol dan merokok.
(Baca Juga: Mujur, Dua Pemain Naturalisasi Ini Sukses Naik Kasta ke Klub Liga 1 2018)
Tak hanya fisik, secara skill pun Anda masih tetap oke. Sudah mencetak delapan gol sejauh ini bahkan salah satunya Anda buat dengan cara salto. Bagaimana Anda tetap menjaga performa Anda secara teknik?
Untuk menjaga skill, saya kerap menonton bola, misalnya pertandingan liga-liga Eropa di TV.
Jadi, dari situ saya bisa tiru banyak pemain hebat dan tertarik melakukan sesuatu yang hebat juga.
(Baca juga: Berkah Jersey Plastik, Bocah Afghanistan pun Akhirnya Digendong Messi)
Analoginya seperti sekolah, kita harus sering buka buku saat pulang sehingga kalau diulang-ulang akan ingat terus ketika ujian.
Idola saya Wayne Rooney. Saya suka dia secara skill meski tidak terlalu banyak gaya sehingga efektif.
Rooney sangat bermain tim dari pada individu. Saya sering melihat video Rooney baik yang sekarang maupun lama.
Punya fisik yang prima kemudian skill oke, Anda mampu menepis keraguan yang dialamatkan pada Anda saat awal musim. Bagaimana tanggapan Anda?
Saat saya cedera setelah memperkuat Persela (2016), ada tawaran dari beberapa tim.
Tetapi prinsip saya ingin memulai dari bawah yakni dengan bermain di PSPS dan tak mau memaksakan untuk main di kasta tertinggi karena intensitasnya tinggi.
(Baca juga: Satu 'Aktor' Australia saat Bungkam Timnas U-16 Indonesia, Sempat Main di Liga Champions Asia 2018)
Banyak yang ragu pada saya saat mulai main lagi di Liga 1. Saya harus bekerja ekstra.
Hal itulah yang saya lakukan pada saat TC awal Bhayangkara di Sawangan.
Kami di sana latihan pagi dan sore untuk mengembalikan kondisi seperti dahulu dan harus memaksakan badan.
(Baca Juga: Lima Jebolan Liga 2 Musim Lalu yang Kini Mengilap di Liga 1)
Setelah itu saya pun sering menjaga kondisi sendiri karena saya tahu apa yang dibutuhkan tubuh saya. Saya sadar kalau fisik oke, saya bisa melakukan banyak hal.
Masih ada orang yang berekspektasi pada saya sekarang ini untuk sama seperti saat memperkuat PSPS dulu, tak peduli berapapun usia saya. Oleh karena itu, saya pun berupaya agar tetap konsisten dengan cara kerja ekstra.
Lalu, kapan mau pensiun?
Saya akan pensiun bila sudah jenuh, bukan karena fisik. Kalau saya belum jenuh, saya akan tetap main.
(Baca juga: Proses Naturalisasi Eks Gelandang Espanyol oleh Australia Terhambat Hal yang Buram)
Akan tetapi, fisik tidak bohong karena semakin tua, orang cenderung akan malas dan dari situ akan cepat jenuh.
Ada saatnya kita harus tinggalkan sepak bola untuk melanjutkan ke hal lain. Tapi yang pasti, untuk saat ini, saya masih bisa main bola.
Kesan Stefano Lilipaly terhadap Animo Suporter Timnas Indonesia https://t.co/fdYtlBu4uo
— BolaSport.com (@BolaSportcom) October 3, 2018
Sebelas musim di Indonesia, Apa momen terbaik Anda?
Momen terbaik saya ada di PSPS. Karena saya menikmati masa-masa indah di sana.
Karena PSPS, saya bisa jadi Dzumafo yang sekarang.
Ada istilah begini, untuk tahu jalan kamu ke depan harus tahu dari mana jalan kamu dimulai.
(Baca Juga: Sempat Diminta Gabung Timnas U-23, Pemain Naturalisasi Ini Gagal Catatkan Tembakan Sempurna Sama Sekali)
Bicara PSPS, kita tahu kabar kurang sedap menerpa klub itu yakni kesulitan finansial. Apa respons serta harapan Anda?
Saya prihatin pada PSPS bisa seperti ini dan sudah pasti sedih. Saya berdoa semoga PSPS bisa kembali normal dan bisa kembali lebih baik lagi.
Semoga ada solusi bagi PSPS. Kalau saya bisa dan ada kekuatan, saya mau jadi pengurus PSPS untuk membatu PSPS agar lebih kuat lagi. PSPS harus tetap hidup.
*Baca ulasan lebih lengkap di Tabloid BOLA edisi 2909, terbit Selasa (2/10/2018).
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar