DANIL SIREGAR/TRIBUN MEDAN
Bek PSMS Medan, Alexandros Tanidis, merayakan gol ke gawang Borneo FC pada ajang Liga 1 2018 di Stadion Teladan, Medan, pada Sabtu (3/11/2018).
Dilansir BolaSport.com dari Labbola, ternyata kemenangan dengan skor 4-0 ini menjadi kemenangan terbesar Ayam Kinantan pada musim ini.
Hasil pertandingan malam ini memutuskan kemenangan besar sebelumnya yang kala itu didapat di kandang Sriwijaya FC dengan skor 3-0.
(Baca juga: Terkait Keterpurukan PSMS Medan, Djanur: Mereka Terlalu Cepat Memecat Saya)
Sebaliknya, hasil tersebut merupakan kekalahan terbesar Persebaya Surabaya hingga pekan ke-33 Liga 1 2018.
Paling banyak, Persebaya hanya kalah dengan margin dua gol dari lawan-lawannya.
Seperti kala kalah dari Persipura Jayapura (1-3), Perseru Serui (1-3), atau Mitra Kukar yang juga dengan skor 1-3.
Situasi tersebut jelas menandakan bahwa lini pertahanan Persebaya jelas amat rapuh dalam laga di markas PSMS Medan tersebut.
(Baca juga: Liga 1 2018 - Kembali ke Stadion Teladan, Djanur Akui Ada Beberapa Perbedaan)
View this post on Instagram
Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on
Komentar